Jakarta (ANTARA News) - Gabungan buruh yang melakukan "long march" dari Bandung, Bekasi, dan Lampung, mengikuti orasi dengan tertib di Tugu Proklamasi, Cikini, Jakarta, Jumat.
Para buruh yang mengaku telah berjalan selama tiga hari menuju Jakarta ini, memenuhi lapangan Tugu Proklamasi dan mendengarkan dengan khidmat orasi dari Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.
Dalam orasi itu, Said Iqbal menyatakan kekecewaannya terhadap pemanggilan Sekjen KSPI Muhammad Rusdi oleh pihak kepolisian.
Pidato dalam acara buruh ini juga menggunakan pengeras suara yang sempat menarik perhatian sejumlah pengendara mobil maupun motor yang melintas di depan Tugu Proklamasi, namun tidak ada kemacetan yang ditimbulkan.
Perkumpulan buruh yang mayoritas menggunakan pakaian warna merah, dan menuntut legalitas berbagai perbaikan kesejahtraan itu, kemudian mengakhiri acara tersebut dengan bernyanyi.
Sebelumnya, Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Kasubag Humas) Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Polisi Suyatno memperkirakan akan ada sekitar 1.500 hingga 2.000 buruh yang tiba di komplek Tugu Tani.
Namun, berdasarkan pantauan Antara, hanya terdapat ratusan buruh yang mengikuti kegiatan orasi sejak pukul 16:00 WIB.
Sebelumnya, para buruh asal Bandung dan Bekasi, serta Lampung, yang hendak "long march" ke Istana Kepresidenan beristirahat di Balai Rakyat Cakung, Jakarta Timur, Kamis (19/11) malam hingga Jumat pagi.
Pada Jumat, pukul 08.00 WIB, para buruh kemudian melanjutkan jalan kaki menuju Jakarta, dengan dikawal aparat kepolisian hingga kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Pengawalan tersebut ditujukan untuk mengantisipasi aksi "sweeping" oleh para buruh pelaku aksi, terhadap pekerja yang bekerja pada sejumlah pabrik dan industri di sepanjang jalan yang dilalui.
Orasi buruh berlangsung tertib di Tugu Proklamasi
20 November 2015 21:08 WIB
Sejumlah buruh berunjuk rasa di Tugu Proklamasi, Jakarta, Jumat (20/11). Mereka menolak upah murah buruh di Indonesia. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Pewarta: Agita Tarigan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: