Dolar melemah karena kenaikan suku bunga Fed diperkirakan bertahap
19 November 2015 15:07 WIB
Kurs Dolar AS Melemah Petugas menunjukkan mata uang dolar AS di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Senin (16/12). Kurs dolar AS melemah terhadap enam mata uang utama lainnya menjelang pertemuan kunci The Federal Reserve yang akan memberikan kejelasan Bank Sentral AS mengenai program pemotongan stimulusnya, sementara euro naik menjadi 1,3761 dolar AS, nilai dolar AS juga melemah menjadi 103,02 yen. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) ()
Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS melemah dari posisi tertinggi tujuh bulan terhadap euro di Asia, Kamis, karena selera risiko meningkat didorong pandangan optimis ekonomi AS dan para dealer memperkirakan kenaikan suku bunga Federal Reserve akan lambat.
Risalah dari pertemuan kebijakan The Fed Oktober menunjukkan anggota dewan yakin ekonomi terbesar di dunia itu bisa menahan kenaikan bulan depan karena kekhawatiran mereka tentang pelemahan prospek global.
Interprestasi positif mendorong pasar regional dengan ekuitas-ekuitas reli pada Kamis setelah lonjakan di Wall Street, sementara mata uang negara-negara berkembang atau "emerging market" juga menguat karena para dealer menjadi lebih berminat membeli aset-aset lebih berisiko, berimbalhasil lebih tinggi.
Dolar juga melemah terhadap yen setelah bank sentral Jepang (BoJ) memutuskan menentang peningkatan program stimulusnya, meskipun perekonomian negara itu jatuh ke dalam resesi.
"Jika Fed berhasil dalam meyakinkan investor bahwa langkah menaikkan suku bunganya akan sangat bertahap, akan kurang menguntungkan bagi dolar, terutama terhadap mata uang berisiko yang akan mendapatkan keuntungan dari penarikan akomodasi di tempat lain," Todd Elmer, ahli strategi mata uang Citigroup Inc. yang berbasis di Singapura, mengatakan kepada Bloomberg News.
Pada Kamis, euro naik menjadi 1,0710 dolar dari 1,0660 dolar di New York pada Rabu, sementara greenback turun menjadi 123,23 yen dari 123,59 yen.
"Sebagian besar peserta" pada pertemuan kebijakan bank sentral AS memperkirakan persyaratan kenaikan suku bunga menjadi tepat pada pertemuan mereka berikutnya, setelah secara luas menurunkan tingkat
kekhawatiran mereka tentang ekonomi global dan gejolak pasar baru-baru ini, risalah The Fed mengatakan.
Di antara mata uang "emerging market", dolar Australia naik 0,79 persen terhadap greenback, sementara won Korea Selatan menguat 0,80 persen dan ringgit Malaysia bertambah 1,26 persen.
Dolar Selandia Baru sedikit menguat 0,96 persen, rupiah Indonesia maju 0,33 persen dan baht Thailand diperdagangkan 0,19 persen lebih tinggi. Dolar Singapura dan Taiwan juga naik terhadap unit AS.
Risalah dari pertemuan kebijakan The Fed Oktober menunjukkan anggota dewan yakin ekonomi terbesar di dunia itu bisa menahan kenaikan bulan depan karena kekhawatiran mereka tentang pelemahan prospek global.
Interprestasi positif mendorong pasar regional dengan ekuitas-ekuitas reli pada Kamis setelah lonjakan di Wall Street, sementara mata uang negara-negara berkembang atau "emerging market" juga menguat karena para dealer menjadi lebih berminat membeli aset-aset lebih berisiko, berimbalhasil lebih tinggi.
Dolar juga melemah terhadap yen setelah bank sentral Jepang (BoJ) memutuskan menentang peningkatan program stimulusnya, meskipun perekonomian negara itu jatuh ke dalam resesi.
"Jika Fed berhasil dalam meyakinkan investor bahwa langkah menaikkan suku bunganya akan sangat bertahap, akan kurang menguntungkan bagi dolar, terutama terhadap mata uang berisiko yang akan mendapatkan keuntungan dari penarikan akomodasi di tempat lain," Todd Elmer, ahli strategi mata uang Citigroup Inc. yang berbasis di Singapura, mengatakan kepada Bloomberg News.
Pada Kamis, euro naik menjadi 1,0710 dolar dari 1,0660 dolar di New York pada Rabu, sementara greenback turun menjadi 123,23 yen dari 123,59 yen.
"Sebagian besar peserta" pada pertemuan kebijakan bank sentral AS memperkirakan persyaratan kenaikan suku bunga menjadi tepat pada pertemuan mereka berikutnya, setelah secara luas menurunkan tingkat
kekhawatiran mereka tentang ekonomi global dan gejolak pasar baru-baru ini, risalah The Fed mengatakan.
Di antara mata uang "emerging market", dolar Australia naik 0,79 persen terhadap greenback, sementara won Korea Selatan menguat 0,80 persen dan ringgit Malaysia bertambah 1,26 persen.
Dolar Selandia Baru sedikit menguat 0,96 persen, rupiah Indonesia maju 0,33 persen dan baht Thailand diperdagangkan 0,19 persen lebih tinggi. Dolar Singapura dan Taiwan juga naik terhadap unit AS.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: