Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah masyarakat di Jakarta mengenal istilah Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS) melalui penyebaran informasi di media sosial Facebook dan Twitter, dibandingkan melalui media informasi konvensional, yaitu koran, situs berita, radio dan televisi.

"Saya tahu sejak satu tahun lalu dari posting teman di Twitter, kemudian saya mencari tahu melalui Google dan menemukan banyak informasi soal NIIS/ISIS itu," kata Puji Setiadi, mahasiswa perguruan tinggi swasta saat ditemui di Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis.


Melalui media sosial dan internet pula, NIIS/ISIS menjaring anggota-anggota baru dari mana saja, bahkan dari negara maju sekalipun. Di antara yang dijaring adalah perempuan muda yang akan dijadikan pengantin milisi NIIS/ISIS.




Akan tetapi, seusai teror Paris yang menewaskan 132 orang di enam titik di kota itu, banyak kelompok hacker yang bersatu melawan penyebaran paham radikal ini. Satu kelompok hacker diketahui telah menghapus selamanya 5.500 akun twitter NIIS/ISIS.

Puji mengatakan, media sosial seolah-olah memberikan jawaban atas rasa penasaran mereka mengenai NIIS/ISIS, dimana informasi itu dianggap jarang disiarkan di lembaga penyiaran publik, di antaranya televisi, kendati ia juga menyatakan NIIS/ISIS adalah paham radikal yang harus ditangkal.

Johari, warga Klender, Jakarta Timur yang berprofesi sebagai pegawai swasta pun menyayangkan banyaknya informasi mengenai NIIS/ISIS yang masih mudah ditemukan di media sosial.

"Sekarang kalau kita googling, atau buka Facebook, gampang banget menemukan obrolan tentang NIIS/ISIS antar netizen. Sementara kita sebagai orang awam tidak tahu apakah informasi tersebut benar atau palsu," kata Johari, ketika ditemui di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.

Adapun Rosana, ibu rumah tangga, mengaku sebagian waktu luangnya kerap digunakan untuk membuka jejaring sosial dan masih menemukan adanya beberapa posting mengenai NIIS/ISIS dari oknum atau akun yang tidak jelas identitasnya.

"Jika memang untuk menyampaikan pengertian NIIS/ISIS, atau berita tentang penangkapan NIIS/ISIS itu wajar, kami butuh informasi," kata Rosana.

"Namun saya pernah menemukan posting-an yang mengajak 'ayo dukung' terhadap gerakan itu, saya khawatir anak saya yang belum paham apa-apa kalau sampai salah mengartikannya," katanya yang sedang menunggu anaknya pulang sekolah di kawasan Rawamangun.

Sebelumnya pemberitaan tentang NIIS/ISIS kembali mencuat setelah ada serangkaian teror di Paris dan adanya peryataan dari Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavia, 384 WNI telah bergabung dengan kelompok radikal NIIS/ISIS.