Delapan BUMN masuk daftar privatisasi 2016
18 November 2015 19:48 WIB
Kinerja Kementerian BUMN Menteri BUMN Rini Soemarno (kelima kanan duduk) bersama jajaran deputi Kementerian BUMN dan sejumlah Direktur Utama BUMN berfoto usai memberikan keterangan pers terkait Laporan 1 Tahun Kementerian BUMN di Jakarta, Senin (26/10). Realisasi proyek BUMN hingga semester I Tahun 2015 tercatat 30 dari 86 proyek strategis BUMN dengan serapan tenaga kerja mencapai 65.928 orang yang melibatkan 25 BUMN.(ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan melakukan privatisasi terhadap sejumlah BUMN pada tahun 2016 sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
"Tahun 2016, kami segera usulkan privatisasi terhadap setidaknya 8 perusahaan. Polanya bisa IPO (penawaran saham perdana kepada publik), right issue (penerbitan kembali saham baru), dan mencari investor strategis," kata Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K. Ro, di Jakarta, Rabu.
Menurut Aloysius, usulan privatisasi delapan BUMN tersebut saat ini sudah disampaikan kepada Komite Tim Privatisasi yang diketuai Menko Perekonomian Darmin Nasution untuk mendapatkan persetujuan.
Setelah itu BUMN mendapat "lampu hijau" dari Komite Tim Privatisasi, langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari Komisi VI DPR-RI.
Ia menjelaskan, privatisasi yang akan ditempuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu, kelompok pertama sebanyak empat BUMN melakukan "right issue" yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang diusulkan memperoleh PMN senilai Rp1,5 triliun, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebesar Rp3 triliun, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar Rp1,25 triliun dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk senilai Rp2 triliun.
Selanjutnya, mendorong IPO sebanyak dua anak usaha BUMN. "Namanya (IPO) belum bisa kita ungkapkan. Tapi yang jelas satu perusahaan bergerak dalam industri agro," ujarnya.
Adapun privatisasi kelompok kedua yaitu dengan menempuh "exit strategy" yang dilakukan terhadap dua perusahaan seperti PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) dan PT Kerta Leces dengan cara mengundang investor strategis.
Lebih lanjut Aloy menjelaskan, meskipun menyiapkan sejumlah BUMN masuk dalam program privatisasi 2016, namun harus melalui kajian mendalam yang disesuaikan dengan kondisi pasar.
"Kita tidak ingin membanjiri pasar sekaligus, agar hasil privatisasi lebih maksimal. Kita upayakan pada kuartal I 2016 sudah ada BUMN yang diprivatisasi," ujarnya.
Ia menambahkan, dua perusahaan Merpati dan Kertas Leces akan didahulukan, kemudian empat BUMN besar dengan PMN, dan 2 BUMN IPO.
"Tinggal mengatur saja. Kalau bisa setiap kuartal ada BUMN yang melakukan right issue," tegasnya.
Terkait dengan Merpati, Aloysius mengatakan saat ini dua perusahaan asing sudah menyatakan berminat untuk masuk sebagai investor strategis.
"Dua calon investor sudah siap masuk ke Merpati. Kedua perusahaan berlatar belakang maskapai penerbangan itu dimungkinkan bergabung dengan perusahaan jasa keuangan seperti capital private equity," ujar Aloysius.
"Tahun 2016, kami segera usulkan privatisasi terhadap setidaknya 8 perusahaan. Polanya bisa IPO (penawaran saham perdana kepada publik), right issue (penerbitan kembali saham baru), dan mencari investor strategis," kata Deputi Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K. Ro, di Jakarta, Rabu.
Menurut Aloysius, usulan privatisasi delapan BUMN tersebut saat ini sudah disampaikan kepada Komite Tim Privatisasi yang diketuai Menko Perekonomian Darmin Nasution untuk mendapatkan persetujuan.
Setelah itu BUMN mendapat "lampu hijau" dari Komite Tim Privatisasi, langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari Komisi VI DPR-RI.
Ia menjelaskan, privatisasi yang akan ditempuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu, kelompok pertama sebanyak empat BUMN melakukan "right issue" yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang diusulkan memperoleh PMN senilai Rp1,5 triliun, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sebesar Rp3 triliun, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar Rp1,25 triliun dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk senilai Rp2 triliun.
Selanjutnya, mendorong IPO sebanyak dua anak usaha BUMN. "Namanya (IPO) belum bisa kita ungkapkan. Tapi yang jelas satu perusahaan bergerak dalam industri agro," ujarnya.
Adapun privatisasi kelompok kedua yaitu dengan menempuh "exit strategy" yang dilakukan terhadap dua perusahaan seperti PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) dan PT Kerta Leces dengan cara mengundang investor strategis.
Lebih lanjut Aloy menjelaskan, meskipun menyiapkan sejumlah BUMN masuk dalam program privatisasi 2016, namun harus melalui kajian mendalam yang disesuaikan dengan kondisi pasar.
"Kita tidak ingin membanjiri pasar sekaligus, agar hasil privatisasi lebih maksimal. Kita upayakan pada kuartal I 2016 sudah ada BUMN yang diprivatisasi," ujarnya.
Ia menambahkan, dua perusahaan Merpati dan Kertas Leces akan didahulukan, kemudian empat BUMN besar dengan PMN, dan 2 BUMN IPO.
"Tinggal mengatur saja. Kalau bisa setiap kuartal ada BUMN yang melakukan right issue," tegasnya.
Terkait dengan Merpati, Aloysius mengatakan saat ini dua perusahaan asing sudah menyatakan berminat untuk masuk sebagai investor strategis.
"Dua calon investor sudah siap masuk ke Merpati. Kedua perusahaan berlatar belakang maskapai penerbangan itu dimungkinkan bergabung dengan perusahaan jasa keuangan seperti capital private equity," ujar Aloysius.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: