Nielsen: pogram hiburan dan serial paling banyak serap belanja iklan TV
Ilustrasi. Iklan Manny Pacquiao. Petinju Filipina Manny Pacquiao (tengah) berakting dengan petinju Indonesia Chris John (kanan) pada proses pembuatan iklan jamu PT Sido muncul di lereng Gunung Merapi, Sleman, Kamis (9/7/15). Menurut pihak PT Sido Muncul dipakainya Manny sebagai bintang iklan terbaru Kuku Bima Energi sebagai antisipasi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) karena iklan akan diputar di sejumlah negara Asean, maka harus direfleksikan oleh seorang tokoh terkenal dunia dan memiliki kepedulian tinggi pada sesama. (ANTARA FOTO/Regina Safri)
"Dibandingkan dengan tahun 2014, tahun ini memang terjadi penurunan belanja iklan yang signifikan pada kuartal kedua, dari 12 persen menjadi enam persen," kata Direktur Media, Nielsen Indonesia Hellen Katherina, dalam keterangan persnya, Rabu.
Kampanye pemilihan presiden, lanjut Hellen, menjadi faktor pembeda yang sangat kuat, dimana tahun lalu kampanye politik merupakan pendorong utama pertumbuhan belanja iklan.
"Namun pada kuartal ketiga tahun ini kami melihat tanda-tanda pemulihan belanja iklan," ungkapnya.
Dari sisi kategori produk, sepanjang Januari-September 2015 kategori pemerintahan dan organisasi politik memberikan kontribusi yang paling tinggi untuk nilai belanja iklan yaitu Rp4,6 triliun, walaupun pertumbuhannya menurun 15 persen. Di urutan berikutnya pada periode yang sama adalah produk perawatan rambut dengan total belanja iklan sebesar Rp3,4 triliun. Adapun beberapa kategori utama yang mendorong pertumbuhan diantaranya adalah layanan online yang tumbuh 50 persen menjadi Rp2,3 triliun sepanjang Januari-September 2015, susu pertumbuhan yang tumbuh sebesar 44 persen menjadi Rp2,1 triliun, serta rokok kretek yang belanja iklannya meningkat sebesar 30 persen menjadi Rp3,3 triliun.
Sementara itu jika dilihat dari merek-merek yang beriklan baik di TV maupun media cetak, dua merek mi instan terbesar yaitu Indomie dan Mie Sedaap menjadi kontributor tertinggi dengan total belanja iklan masing-masing sebesar Rp723 miliar dan Rp571 miliar. Berada di bawah dua merek tersebut, Traveloka turut menjadi kontributor belanja iklan utama dengan nilai Rp547 Miliar. Traveloka juga menjadi merek yang menunjukkan pertumbuhan belanja iklan yang tinggi yaitu sebesar 702 persen hingga akhir September. Selain Traveloka, dari kategori layanan online, Tokopedia memberikan pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 1582 persen menjadi Rp355,7 miliar untuk periode Januari-September 2015. Dengan nilai tersebut, Tokopedia menduduki urutan ke sembilan dalam daftar merek-merek yang paling banyak beriklan di TV dan media cetak.
Jika dilihat dari jenis medianya, pertumbuhan belanja iklan di periode Januari-September 2015 lebih didorong oleh pergerakan yang positif di TV yaitu secara agregat meningkat sebesar delapan persen. Adapun sebaliknya media cetak menunjukkan penurunan, dimana belanja iklan koran turun sebesar minus enam persen dan majalah turun sebesar -13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun lalu, di kuartal ketiga tahun ini belanja iklan TV menunjukkan pergerakan positif sebesar enam persen yaitu menjadi sebesar Rp20,9 Triliun dari sebelumnya Rp19,7 Triliun. Untuk periode sepanjang Januari-September, belanja iklan tumbuh sebesar delapan persen menjadi Rp62 Triliun.
Nilai belanja iklan di periode tersebut sebagian besar diserap oleh program Entertainment/Hiburan dan Series/Serial yaitu dengan proporsi masing-masing sebesar 23 persen dan 22 persen, atau hampir separuh dari keseluruhan belanja iklan TV. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, program hiburan secara konsisten menjadi program dengan total nilai belanja iklan terbesar dibandingkan program lainnya, selain itu proporsinya meningkat dari sebelumnya 20 persen. Program Serial menunjukkan peningkatan proporsi belanja iklan yang lebih jelas karena di tahun sebelumnya hanya menyerap 17 persen dari total belanja iklan di TV.
Untuk program Hiburan, porsi yang paling besar adalah acara variety show yang ditayangkan sebanyak 3.664 jam di sepanjang Januari-September 2015, disusul oleh program talk show dengan durasi tayang total 2.645 jam. Namun, jika dilihat dari pertumbuhan belanja iklannya, program talent search atau ajang pencarian bakat dengan durasi tayang total 2.341 jam berhasil meningkatkan nilai belanja iklannya hingga 157 persen.
Pada genre ini, kelas sosial ekonomi Upper memiliki kecenderungan yang berbeda dengan kelas sosial ekonomi Middle-Lower. Upper lebih banyak menonton Serial Drama dari India dan Turki, sementara pemirsa dari kelas sosial Middle-Lower cenderung lebih banyak menonton Serial Drama lokal.
Pewarta: Monalisa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015