Jakarta (ANTARA News) - Pemerhati ekonomi dari Universitas Paramadina, Firmanzah, meyakini Rachmat Gobel bisa menyatukan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang saat ini dalam dualisme kepemimpinan karena memiliki integritas moral yang baik.

"Figur Rachmat Gobel dapat diterima oleh semua elemen, apalagi dengan komitmennya yang ingin mengedepankan persatuan di tubuh Kadin, maka dipastikan banyak orang menyukainya," ujar Firmanzah di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan penyatuan Kadin dari dualisme kepengurusan sangat penting agar organisasi para pengusaha itu dapat mengoptimalkan perannya.

"Penting sekali gagasan penyatuan disuarakan untuk bisa diwujudkan. Hal itu merupakan amanat Undang-undang 1/1987 tentang Kadin," jelas dia.

Ia menjelaskan, jika Kadin masih tetap dalam dualisme seperti sekarang ini, para pengusaha akan merasa bingung ke mana menyalurkan aspirasinya. Di sisi lain, permasalahan dualisme dapat mengganggu hubungan Kadin dengan pemerintah, oleh karena Kadin merupakan mitra strategis pemerintah.

"Dalam kondisi terdapat dualisme inilah, pemerintah menjadi tidak nyaman kalau berhubungan dengan salah satu versi Kadin," tegas Firmanzah.

Ia kemudian menyarankan agar gagasan menyatukan Kadin dari Rachmat Gobel, ditindaklanjuti dengan langkah konkrit oleh semua pihak yang ada di Kadin melalui upaya rekonsiliasi.

Gagasan menyatukan Kadin merupakan salah satu tekad Rachmat Gobel sebagai calon ketua umum Kadin pada Munas VII yang akan diselenggarakan di Bandung, 22 hingga 24 November. Penyelenggaraan Munas VII dengan tema, "Memperkuat Daya Saing Ekonomi Nasional dan Daerah melalui Pembangunan Industri yang Kuat, inovatif, dan Berkelanjutan."

Menurut Rachmat, Kadin harus bersatu agar lebih kuat dan optimal peranannya dalam kedudukan sebagai mitra pemerintah, termasuk demi menciptakan kemajuan dan kebesaran Kadin yang disegani baik di dalam negeri maupun di tingkat global. Adapun agenda utama munas membuat rumusan program kerja strategis serta memilih Ketua Umum Kadin untuk periode 2015-2020, menggantikan masa bakti kepemimpinan Suryo Bambang Sulistio periode 2010-2015.

(T.I025)