Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa pagi, menguat 53 poin dibandingkan posisi kemarin sore menjadi Rp13.696 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, mengatakan neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus 1,01 miliar dolar AS pada Oktober menjadi salah satu sentimen positif bagi pasar keuangan di dalam negeri.
"Selain sentimen data neraca perdagangan Indonesia, faktor teknikal menambah dorongan bagi mata uang rupiah kembali mengalami penguatan di tengah sentimen perlambatan ekonomi global," kata Rully Nova.
Di sisi lain, dia menjelaskan, dampak kecemasan akibat serangan teror di Paris yang membayangi perdagangan aset-aset berisiko pada Senin (16/11) kemarin sudah mulai mereda.
Kendati demikian, menurut Rully, pelaku pasar mesti tetap mewaspadai hasil pidato gubernur Bank Sentral Eropa yang masih mengindikasikan pelambatan serta perekonomian Tiongkok yang juga melambat, kondisi itu dapat mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Kondisi ekonomi global yang masih cenderung melambat membuat pelaku pasar keuangan tetap mengambil langkah hati-hati untuk masuk ke aset berisiko," katanya.
Selain itu, menurut dia, pelaku pasar juga sedang menanti pengumuman hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Amerika Serikat periode Oktober 2015 untuk melihat prospek kenaikan suku bunga acuan bulan Desember.
Dari dalam negeri, ia mengatakan, pelaku pasar juga sedang menanti arah kebijakan Bank Indonesia, yang akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) hari ini.
Rupiah menguat menjadi Rp13.696 per dolar AS
17 November 2015 10:30 WIB
Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa pagi, Rp13.696 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: