Jakarta (ANTARA News) - Pakar lingkungan Universitas Indonesia Mohammad Hasroel Thayib mengatakan peringatan hari menanam pohon nasional pada 28 November 2015 penting untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pohon.

"Kita harus kembali ke ekosistem alami. Publikasi mesti terus dilakukan agar masyarakat mengerti," ujar Hasroel ketika berbincang dengan Antara di Jakarta, Senin.

Caranya, lanjut pria kelahiran Langsa Aceh ini, isu tentang pohon diangkat ke seminar-seminar dan melalui media.

Ini juga bisa menemukan ide-ide dan terobosan baru tentang bagaimana menjaga pohon, atau yang disebut Hasroel sebagai "ide gila".

"Arahnya harus ke sana. Ini penting sekali," tutur dia.

Ada pun Hari Menanam Pohon Nasional diperingati pada 28 November 2015. Sementara Hari Pohon Sedunia diperingati 21 November 2015.

Menurut pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga, penebangan pohon secara sembarangan, selain merugikan manusia dari sisi biologis, juga dari segi ekonomi.

Pohon-pohon yang ditebang dengan asal-asalan, kata dia, akan berpengaruh pada ekosistem yang ada. Jika keseimbangan alam terganggu, dampaknya akan sangat dirasakan oleh manusia.

Satu pohon, kata Joga berdsarkan hasil penelitian pribadinya, jika dikonversi ke rupiah, bisa menghasilkan oksigen senilai Rp1,174 juta per hari.

"Itu untuk satu pohon saja. Belum lagi jika yang ditebang ada 1.000 pohon, dengan jangka waktu satu tahun," tutur Joga.

Pohon-pohon yang ditebang dengan asal-asalan, kata dia, akan berpengaruh pada ekosistem yang ada. Jika keseimbangan alam terganggu, dampaknya akan sangat dirasakan oleh manusia.

Orang-orang akan mudah sakit, biaya sehat semakin mahal, menjadi akibat jangka panjang kebijakan tidak prolingkungan.

"Masyarakat tidak pernah ribut ketika ada 1.000 pohon ditebang, tidak seperti saat harga BBM naik. Padahal fungsi pohon adalah untuk menyerap air dan menyediakan oksigen secara gratis. Bayangkan kalau kita harus beli oksigen untuk bernafas, sudah berapa biaya habis?" kata dia.