Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik menyatakan ekspor minyak dan gas pada Oktober 2015 turun sebesar 5,09 persen dari 1.453,6 juta dolar AS pada September 2015 menjadi 1.379,5 juta dolar AS.

Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin, menuturkan penurunan ekspor tersebut disebabkan turunnya ekspor minyak mentah sebesar 32,15 persen menjadi 400,5 juta dolar AS dan ekspor hasil minyak turun 11,21 persen menjadi 95,6 juta dolar AS.

Selanjutnya untuk ekspor gas Oktober 2015 terhadap September 2015, kata dia, tercatat naik 16,92 persen menjadi 883,4 juta dolar AS.

"Untuk ekspor migas turun 5,09 persen, tetapi ekspor gas kita naik karena kita punya banyak gas yang berpotensi," ujar dia.

Untuk volume ekspor migas, Suryamin mengatakan minyak mentah turun 28,38 persen, sedangkan gas naik 13,88 persen. Sementara hasil minyak turun 13,45 persen dan harga minyak mentah dunia pada Oktober 2015 43,68 dolar AS per barel.

"Menurut saya saat ini yang penting di luar negeri masih butuh bahan bakar minyak dan buktinya tonasinya masih meningkat. Itu harus ditingkatkan dan dikembangkan karena suatu hari harga akan membaik dan nilai ekspor akan membaik," kata dia.

Menurut dia, jika keadaan ekonomi dunia membaik dan harga migas lebih tinggi, Indonesia akan sangat diuntungkan.

Ditemui dalam kesempatan berbeda, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan nilai ekspor serta volume migas pada Oktober tidak menurun.

"Nilai ekspor migas secara volume kita tidak terlalu turun. Karena harga minyak dunia turun makanya jadi nilainya yang turun. Ekspor gas kita masih sama karena produksi migas kita tidak beda jauh dengan tahun lalu," kata Wiratmaja.

Dari sisi neraca perdagangan, ujar dia, Indonesia justru surplus dalam ekspor migas karena kondensat dan minyak mentah tidak lagi impor, melainkan diolah di dalam negeri.