Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam penutupan transaksi antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah 12 poin menjadi Rp13.697 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.685 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Sentimen eksternal yang negatif menjadi salah satu faktor mata uang rupiah mengalami tekanan, salah satunya mengenai teror di Paris," ujar Analis Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, di tengah kondisi ekonomi global yang melambat ditambah aksi teror di Paris, ibu kota Prancis, membuat pelaku pasar keuangan cenderung mengalihkan aset-asetnya untuk masuk ke dalam kategori berisiko terendah (safe haven), salah satunya dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar juga sedang menanti rilis rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) periode Oktober 2015. Hasil rapat itu akan dicermati pasar terutama mengenai prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (the Federal Reserve/the Fed) pada Desember 2015.
Sentimen dari dalam negeri, Rully Nova menambahkan bahwa data neraca perdagangan Indonesia yang dirilis pada Senin ini (16/11) mencatatkan surplus belum mampu mengangkat nilai tukar rupiah untuk bergerak ke area positif.
"Namun, sentimen positif dari dalam negeri itu cukup mampu menahan tekanan rupiah lebih dalam, pelamahan rupiah pada awal pekan ini masih cenderung terbatas," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan RI pada bulan Oktober 2015 mencapai 1,01 miliar dolar AS, terdiri dari nilai ekspor 12,08 miliar dolar AS dan nilai impor 11,07 miliar dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (16/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.732 dibandingkan hari sebelumnya (13/11) Rp13.633 per dolar AS.
Rupiah melemah jadi Rp13.697
16 November 2015 18:07 WIB
Dokumen foto rupiah dan dolar AS. (ANTARA/Puspa Perwitasari)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015
Tags: