Sepuluh kota toleran versi Setara Institute
16 November 2015 17:52 WIB
Kawasan pemukiman padat penduduk di Lereng Ponegoro Atas, Ambon, Maluku, Jumat (8/5). Kota Ambon masuk dalam daftar kota toleran yang dibuat Setara Institute.(ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Kota Ambon dan Tual, yang punya sejarah konflik dan kerusuhan terkait agama, masuk dalam daftar sepuluh Kota Toleran Teratas yang dibuat berdasarkan studi indeks Setara Institute.
"Di Ambon memang pernah terjadi konflik terkait agama. Tetapi Ambon mempunyai kekuatan luar biasa pasca-konflik, bagaimana toleransi dipromosikan di sana, kelompok beragama saling bekerja dan saling menguatkan. Ambon telah melewati fase itu," kata Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani di Jakarta, Senin.
Kota lain yang masuk daftar tersebut adalah Pematang Siantar, Salatiga, Singkawang, Manado, Sibolga, Ambon, Sorong, Pontianak, dan Palangkaraya.
Sementara sepuluh kota yang dinilai paling rendah toleransinya yakni Bogor, Bekasi, Banda Aceh, Tangerang, Depok, Bandung, Serang, Mataram, Sukabumi, Banjar dan Tasikmalaya.
DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah yang tingkat toleransinya sedang dengan total skor 3,05. Menurut Ismail faktor peristiwa memberikan sumbangan besar ke nilai toleransi DKI.
"Bukan karena Gubernur. Di Jakarta secara faktual kita masih menemukan tempat ibadah yang mengalami gangguan. Perlu diingat, Jakarta sebagai ibu kota menjadi tempat segala politik berkontes, akan selalu ada demonstrasi yang menggunakan Jakarta sebagai media," jelas dia.
"Tetapi kalau gubernur tidak bertindak, hal itu juga bisa berkontribusi," tambah dia.
Pengukuran
Setara Institute melakukan studi indeks pada 94 kota di Indonesia dalam hal promosi dan praktik toleransi dan mempublikasikannya bertepatan dengan peringatan Hari Toleransi Internasional pada 16 November.
Lembaga itu menakar tingkat toleransi kota berdasarkan empat variabel pengukuran yakni regulasi pemerintah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Peraturan Daerah Diskriminatif), tindakan pemerintah (pernyataan dan respons atas pemerintah), regulasi sosial (peristiwa), serta demografi agama (komposisi penduduk berdasarkan agama).
Peneliti Setara Aminuddin Syarief mengatakan pengindeksan dilakukan dengan skala satu untuk yang paling toleran hingga tujuh yang paling tidak toleran.
Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan secara umum sebagian besar kota di Indonesia bisa dikategorikan sebagai kota yang toleran.
"Kalau secara umum gambarannya adalah semua pada medium, jadi ada keseimbangnya pada empat variabel tadi. Secara umum angkanya berimpit, sebagian besar kota-kota Indonesia masih bisa kami kategorikan sebagai kota yang toleran. Hanya beberapa kota saja yang buruk, misal Bogor karena faktor peristiwa," jelas Bonar.
"Di Ambon memang pernah terjadi konflik terkait agama. Tetapi Ambon mempunyai kekuatan luar biasa pasca-konflik, bagaimana toleransi dipromosikan di sana, kelompok beragama saling bekerja dan saling menguatkan. Ambon telah melewati fase itu," kata Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani di Jakarta, Senin.
Kota lain yang masuk daftar tersebut adalah Pematang Siantar, Salatiga, Singkawang, Manado, Sibolga, Ambon, Sorong, Pontianak, dan Palangkaraya.
Sementara sepuluh kota yang dinilai paling rendah toleransinya yakni Bogor, Bekasi, Banda Aceh, Tangerang, Depok, Bandung, Serang, Mataram, Sukabumi, Banjar dan Tasikmalaya.
DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah yang tingkat toleransinya sedang dengan total skor 3,05. Menurut Ismail faktor peristiwa memberikan sumbangan besar ke nilai toleransi DKI.
"Bukan karena Gubernur. Di Jakarta secara faktual kita masih menemukan tempat ibadah yang mengalami gangguan. Perlu diingat, Jakarta sebagai ibu kota menjadi tempat segala politik berkontes, akan selalu ada demonstrasi yang menggunakan Jakarta sebagai media," jelas dia.
"Tetapi kalau gubernur tidak bertindak, hal itu juga bisa berkontribusi," tambah dia.
Pengukuran
Setara Institute melakukan studi indeks pada 94 kota di Indonesia dalam hal promosi dan praktik toleransi dan mempublikasikannya bertepatan dengan peringatan Hari Toleransi Internasional pada 16 November.
Lembaga itu menakar tingkat toleransi kota berdasarkan empat variabel pengukuran yakni regulasi pemerintah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Peraturan Daerah Diskriminatif), tindakan pemerintah (pernyataan dan respons atas pemerintah), regulasi sosial (peristiwa), serta demografi agama (komposisi penduduk berdasarkan agama).
Peneliti Setara Aminuddin Syarief mengatakan pengindeksan dilakukan dengan skala satu untuk yang paling toleran hingga tujuh yang paling tidak toleran.
Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos mengatakan secara umum sebagian besar kota di Indonesia bisa dikategorikan sebagai kota yang toleran.
"Kalau secara umum gambarannya adalah semua pada medium, jadi ada keseimbangnya pada empat variabel tadi. Secara umum angkanya berimpit, sebagian besar kota-kota Indonesia masih bisa kami kategorikan sebagai kota yang toleran. Hanya beberapa kota saja yang buruk, misal Bogor karena faktor peristiwa," jelas Bonar.
Pewarta: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: