Walhi : pencemaran air Bantargebang meningkat saat hujan
16 November 2015 12:24 WIB
Aktivitas pembuangan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (26/10). (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Bekasi (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Jakarta memprediksi pencemaran air tanah warga di sekitar Tempat Pengolahan sampah Terpadu Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, akan bertambah parah saat memasuki musim hujan.
"Sebab air lindi dari sampah di dua lokasi penampungan yakni TPST Bantargebang, dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu akan lebih cepat menyerap ke dalam tanah karena didorong air hujan," kata Ketua Dewan Pakar Wahana Lingkungan Hidup Jakarta Bagong Suyoto di Bekasi, Senin.
Menurutnya, TPST Bantargebang sebagai lokasi penampungan sampah warga DKI bukan menjadi satu-satunya penyumbang pencemaran air tanah warga, sebab di kecamatan yang sama ada TPA Sumurbatu yang menjadi lokasi pembuangan sampah warga Kota Bekasi.
"Selain itu, di Bantargebang juga berdiri banyak pabrik yang bergerak di berbagai sektor bidang produksi," katanya.
Menurutnya, TPA Sumurbatu saat ini belum dilengkapi instalasi pengolahan limbah sehingga air lindi tidak hanya menyerap ke dalam tanah tapi juga masuk ke aliran Kali Ciasem dan meluas hingga ke kawasan Pedurenan Bantargebang.
Hasil pengamatannya di TPST Bantargebang, kata dia, telah terdapat tiga Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) yang belum berfungsi optimal.
Hasil uji laboratorium yang dilakukan Walhi pada 2010 diketahui hasilnya masih kurang maksimal.
"Idealnya pada bagian pondasi sampah harus dilapisi dengan geomembran semacam karpet yang harganya 700-800 dollar per meter," katanya.
Karpet itu dapat menghalau rembesan air lindi ke dalam tanah dan dapat dialirkan ke sejumlah saluran limbah untuk diolah.
"Sebab air lindi dari sampah di dua lokasi penampungan yakni TPST Bantargebang, dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu akan lebih cepat menyerap ke dalam tanah karena didorong air hujan," kata Ketua Dewan Pakar Wahana Lingkungan Hidup Jakarta Bagong Suyoto di Bekasi, Senin.
Menurutnya, TPST Bantargebang sebagai lokasi penampungan sampah warga DKI bukan menjadi satu-satunya penyumbang pencemaran air tanah warga, sebab di kecamatan yang sama ada TPA Sumurbatu yang menjadi lokasi pembuangan sampah warga Kota Bekasi.
"Selain itu, di Bantargebang juga berdiri banyak pabrik yang bergerak di berbagai sektor bidang produksi," katanya.
Menurutnya, TPA Sumurbatu saat ini belum dilengkapi instalasi pengolahan limbah sehingga air lindi tidak hanya menyerap ke dalam tanah tapi juga masuk ke aliran Kali Ciasem dan meluas hingga ke kawasan Pedurenan Bantargebang.
Hasil pengamatannya di TPST Bantargebang, kata dia, telah terdapat tiga Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) yang belum berfungsi optimal.
Hasil uji laboratorium yang dilakukan Walhi pada 2010 diketahui hasilnya masih kurang maksimal.
"Idealnya pada bagian pondasi sampah harus dilapisi dengan geomembran semacam karpet yang harganya 700-800 dollar per meter," katanya.
Karpet itu dapat menghalau rembesan air lindi ke dalam tanah dan dapat dialirkan ke sejumlah saluran limbah untuk diolah.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: