TEROR PARIS - KWI: Pemuka agama harus duduk bersama
15 November 2015 16:43 WIB
Para penyidik polisi tiba di luar balai konser Bataclan menyusul penembakan membabibuta di ibu kota Prancis yang menewaskan 129 orang. (REUTERS/Charles Platiau)
Jakarta (ANTARA News) - Terjadinya serangkaian serangan di Paris, Prancis menimbulkan rasa keprihatinan dan kecaman sejumlah pihak termasuk Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang menganggap serangan di Paris telah mencederai hak hidup manusia, karenanya pemuka agama di Indonesia harus duduk bersama untuk mewaspadai dampak negatif insiden tersebut di Tanah Air.
"Pertama-tama saya sungguh-sungguh prihatin dan mengecam tindakan teroris yang membunuh dan menyakiti sekian banyak orang karena yang mereka sakiti adalah orang yang tidak tahu apa-apa, ini sebuah tindakan barbaris yang merendahkan dan mencederai hak hidup manusia," kata Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau dari KWI Pastor Paulus C Siswantoko Pr di Jakarta, Minggu.
Siswantoko yang dihubungi ANTARA News mengatakan, bagi dirinya dan orang-orang yang menjunjung tinggi HAM dan martabat hidup, tragedi kemanusiaan tersebut sangat mengejutkan. "Saya mengutuk tindakan itu."
Siswantoko mengatakan, insiden tersebut harus menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia agar senantiasa menjaga dan mempererat tali toleransi antar-umat beragama.
"Peristiwa ini harus menjadi bahan pembelajaran kita bersama khususnya di Indonesia yang masyarakatnya beragam ini agar kita semakin merekatkan kebersamaan, meningkatkan rasa saling memahami, mengerti dan tidak mudah terprovokasi karena kita punya nilai hidup bersama. Akar kultur kita menjunjung tinggi perbedaan, kehidupan bersama dalam perbedaan yang membawa kedamaian dan ketentraman," katanya.
Para tokoh agama, kata Siswantoko, seharusnya bertemu membahas insiden tersebut guna menciptakan suasana yang kondusif dan menunjukkan pada masyarakat makna kerukunan antar-umat beragama di Indonesia. Penyerangan Paris, kata dia, tidak seharusnya dikaitkan dengan agama tertentu.
"Para tokoh agama sebaiknya bertemu agar memberi kesejukan pada masyarakat, dengan demikian mereka memberi pencerahan pada umat untuk melihat persoalan secara jernih dan jangan sampai masyarakat men-generalisasi kelompok agama tertentu atau bahkan membenci karena ini tindakan teroris yang merupakan musuh bersama bukan hanya agama tertentu."
"Pertama-tama saya sungguh-sungguh prihatin dan mengecam tindakan teroris yang membunuh dan menyakiti sekian banyak orang karena yang mereka sakiti adalah orang yang tidak tahu apa-apa, ini sebuah tindakan barbaris yang merendahkan dan mencederai hak hidup manusia," kata Sekretaris Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau dari KWI Pastor Paulus C Siswantoko Pr di Jakarta, Minggu.
Siswantoko yang dihubungi ANTARA News mengatakan, bagi dirinya dan orang-orang yang menjunjung tinggi HAM dan martabat hidup, tragedi kemanusiaan tersebut sangat mengejutkan. "Saya mengutuk tindakan itu."
Siswantoko mengatakan, insiden tersebut harus menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia agar senantiasa menjaga dan mempererat tali toleransi antar-umat beragama.
"Peristiwa ini harus menjadi bahan pembelajaran kita bersama khususnya di Indonesia yang masyarakatnya beragam ini agar kita semakin merekatkan kebersamaan, meningkatkan rasa saling memahami, mengerti dan tidak mudah terprovokasi karena kita punya nilai hidup bersama. Akar kultur kita menjunjung tinggi perbedaan, kehidupan bersama dalam perbedaan yang membawa kedamaian dan ketentraman," katanya.
Para tokoh agama, kata Siswantoko, seharusnya bertemu membahas insiden tersebut guna menciptakan suasana yang kondusif dan menunjukkan pada masyarakat makna kerukunan antar-umat beragama di Indonesia. Penyerangan Paris, kata dia, tidak seharusnya dikaitkan dengan agama tertentu.
"Para tokoh agama sebaiknya bertemu agar memberi kesejukan pada masyarakat, dengan demikian mereka memberi pencerahan pada umat untuk melihat persoalan secara jernih dan jangan sampai masyarakat men-generalisasi kelompok agama tertentu atau bahkan membenci karena ini tindakan teroris yang merupakan musuh bersama bukan hanya agama tertentu."
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: