Gorontalo (ANTARA News) - Air Danau Limboto di Kabupaten Gorontalo menyusut selama musim kemarau dan warga mulai memanfaatkan area danau yang sudah mengering untuk berkebun dan beternak.

Areal Danau Limboto yang berada di sisi Utara Museum Pendaratan Soekarno, menjadi tempat favorit peternak mencari rumput setelah air danau menyusut.

Dalam dua bulan terakhir, Kasim Ano (45), warga Kecamatan Batudaa, bersama peternak lainnya mengambil rumput yang tumbuh di area danau.

"Musim kemarau kemarin kami kehabisan rumput di daratan, semua kering kerontang hingga akhirnya kami melihat masih terhampar rumput hijau di bagian danau yang sudah surut airnya," katanya di Gorontalo, Sabtu.

Kasim dan tiga temannya bisa sampai mendapat empat karung rumput di sana, dan bisa menghemat biaya pakan sapinya hingga 30 persen karena tidak harus membeli rumput.

Di area danau yang terletak di Desa Bumela, Kecamatan Tolango, warga memilih memanfaatkan lahan danau yang mengering untuk menanam sayur dan buah. Tanah bekas danau dianggap cukup subur untuk tanaman berusia pendek.

"Daripada dibiarkan menganggur lebih baik ditanami buah-buahan. Menjadi nelayan di Danau Limboto tidak bisa lagi menjadi pekerjaan utama karena kondisinya semakin kritis," kata salah seorang warga, Abdulah.

Sementara area danau di Dermaga Hutadaa dimanfaatkan para peternak untuk menggembalakan sapi.

"Sementara ini sapi kami bawa ke sini untuk cari makan, mumpung danau sedang kering. Kalau air naik lagi saat musim hujan, ya terpaksa sapi dibawa merumput ke daratan lagi," kata Yahya Rahman, salah seorang peternak.

Di samping itu, kadang ada sekelompok anak muda yang latihan balap motor di tempat itu.

Danau Limboto merupakan satu dari lima belas danau kritis di Indonesia.

Peneliti Institut Teknologi Bandung tahun 1975 mencatat luas danau tersebut tinggal 3.500 hektare dengan kedalaman 6,85 meter.

Menurut penelitian Universitas Airlangga, Surabaya, tahun 2007, luasan danau menyusut menjadi 2.000 hektare dengan kedalaman dua meter.

Penyusutan luas dan pendangkalan danau antara lain terjadi karena maraknya penebangan hutan di hulu dan pinggiran sungai serta danau, tingginya sedimentasi akibat erosi saat musim hujan, dan reboisasi yang tidak tepat waktu.

Sebagian besar permukaan Danau Limboto yang menjadi daratan kini telah beralih fungsi menjadi pemukiman warga, sisanya menjadi keramba yang dikavling dan diklaim sepihak.