Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat 15 poin menjadi Rp13.585 dibandingkan kemarin sore pada Rp13.600 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung masih terbatas mengingat sebagian pelaku pasar uang mengambil posisi wait and see pada beberapa data ekonomi Amerika Serikat yang akan diumumkan dalam waktu dekat.

"Data Amerika Serikat seperti klaim pengangguran mingguan, serta pidato Gubernur Federal Reserve akan menjadi salah satu sorotan utama investor di pasar uang," kata Ariston Tjendra.

Ia mengatakan bahwa investor akan mencermati arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, setelah pada pekan lalu data tenaga kerja AS tercatat cukup mengesankan. Komentar yang mengarah pada kenaikan suku bunga dapat memulihkan dolar AS yang dalam beberapa hari terakhir ini mengalami depresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia.

Sementara itu, analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa pelaku pasar uang masih bertahan di aset berisiko, salah satunya rupiah seraya menanti sentimen selanjutnya yakni komentar pejabat bank sentral AS pada pertengahan bulan November ini mengenai kenaikan suku bunga acuan AS.

Selain itu, lanjut Lukman Leong, pelaku pasar saat ini juga sedang menantikan pengumuman data stok minyak Amerika Serikat. Jika stok minyak terindikasi mengalami kenaikan, maka harga minyak berpotensi melanjutkan tekanannya dan mengangkat nilai tukar dolar AS.

"Penurunan harga minyak menjadi salah satu sentimen negatif bagi kurs negara berkembang, termasuk rupiah sehingga mengalami koreksi terhadap dolar AS," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis (12/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.575 dibandingkan hari sebelumnya (11/11) Rp13.576 per dolar AS.