Sulit akhiri perseteruan di Partai Golkar
11 November 2015 16:13 WIB
Dokumentasi Wakil Presiden, Jusuf Kalla, memberikan sambutan dalam acara Syukuran dan Silaturahmi Nasional Partai Golkar di Jakarta, Minggu (1/11). Silaturahmi nasional itu diharapkan menjadi awal bersatunya Partai Golkar sekaligus dalam rangka persiapan menghadapi pilkada serentak. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Kupang, NTT (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) NTT, Acry Deodatus, berpendapat, sulit mengakhiri perseteruan di tubuh partai Golkar.
"Kedua kubu yang sedang bertikai memiliki agenda sendiri-sendiri, tanpa menghiraukan nasib dan masa depan partai berlambang pohon beringin itu dalam pemilu-pemilu mendatang," kata Deodatus, di Kupang, Rabu terkait nasib Golkar pascaputusan MA.
"Persoalannya adalah sebagian masa Golkar tidak mendukung Aburizal Bakrie. Jadi putusan apapun dan dari manapun, termasuk MA sulit mengakhiri perseteruan di tubuh Golkar," kata tokoh senior Partai Golkar NTT itu.
Mengenai Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar, dia mengatakan kubu Aburizal Bakrie yang memenangkan perkara di MA tidak akan bersedia untuk menggelar Munaslub.
Dia bahkan meyakini, sampai kapanpun dua kubu ini akan sulit bersatu.
Hal yang paling mungkin terjadi adalah kubu yang kalah dalam proses hukum lanjutan adalah membentuk partai baru, katanya.
"Sebagai orang Golkar, saya paham tentang kondisi di internal partai, dan hampir pasti, kubu Agung Laksono akan membentuk partai baru jika kalah dalam perkara Peninjauan Kembali," katanya.
Karena itu, publik tidak perlu terkecoh dengan pertemuan islah dua kubu pascaputusan MA, karena pertikaian masih akan terus berlanjut.
"Buktinya adalah kubu Agung Laksono sudah mengajukan PK," kata mantan anggota DPRD NTT era Orde Baru dari partai Golkar ini.
"Kedua kubu yang sedang bertikai memiliki agenda sendiri-sendiri, tanpa menghiraukan nasib dan masa depan partai berlambang pohon beringin itu dalam pemilu-pemilu mendatang," kata Deodatus, di Kupang, Rabu terkait nasib Golkar pascaputusan MA.
"Persoalannya adalah sebagian masa Golkar tidak mendukung Aburizal Bakrie. Jadi putusan apapun dan dari manapun, termasuk MA sulit mengakhiri perseteruan di tubuh Golkar," kata tokoh senior Partai Golkar NTT itu.
Mengenai Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar, dia mengatakan kubu Aburizal Bakrie yang memenangkan perkara di MA tidak akan bersedia untuk menggelar Munaslub.
Dia bahkan meyakini, sampai kapanpun dua kubu ini akan sulit bersatu.
Hal yang paling mungkin terjadi adalah kubu yang kalah dalam proses hukum lanjutan adalah membentuk partai baru, katanya.
"Sebagai orang Golkar, saya paham tentang kondisi di internal partai, dan hampir pasti, kubu Agung Laksono akan membentuk partai baru jika kalah dalam perkara Peninjauan Kembali," katanya.
Karena itu, publik tidak perlu terkecoh dengan pertemuan islah dua kubu pascaputusan MA, karena pertikaian masih akan terus berlanjut.
"Buktinya adalah kubu Agung Laksono sudah mengajukan PK," kata mantan anggota DPRD NTT era Orde Baru dari partai Golkar ini.
Pewarta: Bernardus Tokan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: