Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat tipis 10 poin menjadi Rp13.634 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.644 per dolar AS.

"Rupiah bergerak menguat tipis seiring dengan sentimen data tenaga kerja non-pertanian Amerika Serikat yang cenderung mereda sehingga menahan laju penguatan dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, penguatan nilai tukar rupiah masih cenderung terbatas mengingat bank sentral Eropa (ECB) akan mengambil langkah menurunkan salah satu tingkat suku bunga acuannya di bulan Desember mendatang.

"Mata uang euro berada di bawah tekanan setelah empat anggota dewan kebijakan ECB menyatakan sepakat untuk menurunkan salah satu tingkat suku bunga acuannya di bulan Desember. Kebijakan ECB yang kontras dengan bank sentral AS dapat berdampak negatif bagi mata uang di negara-negara berkembang," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa peluang nilai tukar rupiah kembali melemah cukup terbuka menyusul sentimen positif di dalam negeri yang masih minim.

"Saat ini, pelaku pasar cenderung masih masuk ke mata uang dolar AS dibandingkan mata uang berisiko seperti rupiah. Akibatnya, peluang dolar AS untuk kembali terapresiasi masih terbuka," katanya.

Ia mengharapkan Bank Indonesia dapat menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah agar bergerak di kisaran yang tidak terlalu lebar sehingga makroekonomi dan sistem keuangan di dalam negeri stabil.

"Posisi cadangan devisa per akhir Oktober 2015 sebesar 100,7 miliar dolar AS yang masih cukup membiayai 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah," kata dia.


"Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor diharapkan dapat dinilai positif oleh pelaku pasar uang sehingga menjaga laju rupiah," katanya.