Jakarta (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat mengkoordinir BPBD kabupaten/kota se-Pulau Lombok untuk mendirikan 13 posko pengungsian di desa ring satu atau jarak dari kawah radius 10 kilometer dari pusat erupsi Gunung Barujari.

"Untuk itu, masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Koko Putih agar menjauh dan tidak melakukan aktivitas apapun," kata Kepala Pusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho lewat keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Senin.

Sutopo mengatakan anak Gunung Rinjani ini aktivitasnya sangat aktif dan erupsi terjadi terus menerus. Berdasarkan laporan PVMBG pada Senin, pengamatan visual cuaca mendung, angin sedang dari barat dan gunung tertutup kabut. Suhu udara dalam kisaran 28 Celsius dan kelembapan 85 persen.

BPBD NTB, kata dia, juga sudah mempersiapkan kondisi terburuk dengan berkoordinasi dengan TNI, Polri, Satpol PP, Tagana, PMI, PVMBG dan unsur lainnya.

Aliran lava gunung, kata dia, sudah mencapai satu kilometer dari arah timur Barujari dan hampir ke permukaan mulut Sungai Koko Putih. Dengan begitu, terjadi peningkatan luapan air dan peningkatan suhu air yang sebelumnya berkisar 21 derajat Celcius meningkat menjadi 36-39 derajat Celcius. Apabila air melimpah akan berpotensi banjir di sepanjang Sungai Koko Putih.

Letusan material pijar, lanjut dia, mencapai 750 meter dengan ketinggian asap mencapai 2.500 meter lebih dari puncak Gunung Barujari atau 5.000 meter dari permukaan laut. Kondisi erupsi saat ini jauh lebih besar dibanding tahun 2004 dan 2009 .

Dikatakannya, hujan abu menyebar ke arah barat, barat daya dan selatan tergantung arah angin. Aktivitas bandar udara terdekat menyesuaikan dengan kondisi sebaran abu vulkanik.

"Jumlah masyarakat terdampak abu vulkanik Gunung Barujari mencapai 248.148 jiwa dari lima kabupaten/kota di Pulau Lombok. Hingga saat ini belum perlu ada pengungsian," katanya.