Akibat erupsi Barujari kunjungan wisatawan turun 20 persen
9 November 2015 18:02 WIB
Warga memotret debu vulkanik Gunung Barujari yang menyembur di balik puncak Gunung Rinjani dari Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Kamis (5/11). (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
Mataram (ANTARA News) - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram H Abdul Latif Nadjib mengatakan, erupsi Gunung Barujari menurunkan tingkat kunjungan wisatawan ke daerah ini hingga 20 sampai 30 persen.
"Akibat abu vulkanis Gunung Barujari atau anak Gunung Rinjani tingkat kunjungan di Mataram menurun signifikan yani sekitar 20 hingga 30 persen," katanya kepada wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Ia mengatakan, penurunan tingkat kunjungan wisatawan itu karena banyaknya berbagai kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition) yang dibatalkan.
"Selain jumlah kunjungan wisatawan menurun, pengakuan hotel juga merugi akibat sudah adanya pesanan makanan yang dibatalkan," katanya.
Menurut dia, kondisi ini dirasakan tidak hanya di Kota Mataram tetapi hampir merata di kabupaten/kota lainnya di NTB, apalagi dengan terjadinya penutupan Bandara Internasional Lombok (BIL).
Di sisi lain, kondisi cuaca saat ini masih sulit diprediksi, bahkan manajeman BIL mengatakan mengalami kerugian hingga ratusan juta per hari.
"Kerugian akibat erupsi ini tentu tidak hanya dirasakan pihak BIL, namun komponen di dalamnya termasuk dunia pariwisata," katanya.
Sementara disinggung tentang pesanan hotel, Latif menjelaskan, sejak bulan Oktober 2015 hotel-hotel di Kota Mataram dapat dikatakan 90 persen sudah penuh sampai akhir tahun ini.
"Tetapi kita tidak bisa memprediksi apalagi mencegah bencana, yang ternyata berbeda dengan apa yang telah direncanakan," katanya.
"Akibat abu vulkanis Gunung Barujari atau anak Gunung Rinjani tingkat kunjungan di Mataram menurun signifikan yani sekitar 20 hingga 30 persen," katanya kepada wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Ia mengatakan, penurunan tingkat kunjungan wisatawan itu karena banyaknya berbagai kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition) yang dibatalkan.
"Selain jumlah kunjungan wisatawan menurun, pengakuan hotel juga merugi akibat sudah adanya pesanan makanan yang dibatalkan," katanya.
Menurut dia, kondisi ini dirasakan tidak hanya di Kota Mataram tetapi hampir merata di kabupaten/kota lainnya di NTB, apalagi dengan terjadinya penutupan Bandara Internasional Lombok (BIL).
Di sisi lain, kondisi cuaca saat ini masih sulit diprediksi, bahkan manajeman BIL mengatakan mengalami kerugian hingga ratusan juta per hari.
"Kerugian akibat erupsi ini tentu tidak hanya dirasakan pihak BIL, namun komponen di dalamnya termasuk dunia pariwisata," katanya.
Sementara disinggung tentang pesanan hotel, Latif menjelaskan, sejak bulan Oktober 2015 hotel-hotel di Kota Mataram dapat dikatakan 90 persen sudah penuh sampai akhir tahun ini.
"Tetapi kita tidak bisa memprediksi apalagi mencegah bencana, yang ternyata berbeda dengan apa yang telah direncanakan," katanya.
Pewarta: Nirkomala
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: