Jakarta (ANTARA News) - Pulau Rote, yang terletak di titik paling selatan Republik Indonesia, menyimpan berbagai kekayaan seperti kerajinan, seni budaya dan keindahan alam yang mempesona.

"Rote tak hanya debu dan angin besar tetapi juga banyak hal-hal lain yang sangat mengagumkan," kata Bupati Kabupaten Rote Ndao, Lens Haning, pada ajang Swarna Fest 2015 yang berlangsung akhir pekan lalu di Pantai Nemberala, Nusa Tenggara Timur.

Dalam festival serat dan warna alami itu, tenun ikat karya masyarakat Pulau Rote dan Pulau Ndao dipamerkan untuk membangkitkan penggunaan warna alam ramah lingkungan.

Mengangkat tema Road to Indonesia Ethical Fashion, kegiatan yang diadakan untuk kali ketiga ini menonjolkan ethical fashion berupa terobosan baru dari dunia fesyen yang digandengkan dengan fesyen ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Salah seorang instruktur pewarnaan alam Rote Ndao, Irawati Fatuh, mengaku sangat bangga dengan pewarna alami karena memiliki nilai tersendiri sembari dapat meneruskan warisan leluhur.

"Ini semua gratis dari Tuhan. Kita bisa menghasilkan berbagai warna dari pohon, buah, daun, akar dan sumber daya alam lainnya," kata wanita yang membina 27 kelompok tenun pewarna alam tersebut.

Karya Irawati pernah diekspor ke Belanda meskipun baru sekali. Ia berharap melalui Swarna Fest ini pemasaran tenun ikat dengan pewarnaan alami dapat semakin luas hingga belahan dunia lain.

Kementerian Perindustrian pun siap memajukan dan meningkatkan kemampuan para pelaku industri menengah serta memfasilitasi promosi dan pameran sehingga mampu menembus pasar domestik dan internasional.

Beberapa pelatihan dan bimbingan teknis telah digelar Kemenperin di Kabupaten Rote Ndao, antara lain bimbingan teknis untuk pakaian jadi dan dampingan pencelupan warna alam untuk tenun ikat.

"Pasar internasional saat ini pun cenderung membangkitkan kembali penggunaan warna-warna alam karena sifatnya yang ramah lingkungan, sehingga sesuai dengan tuntutan masyarakat dari negara maju," kata Menteri Perindustrian, Saleh Husin.

Bermodal kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam, kata Menperin, sangatlah memungkinkan bagi bangsa Indonesia untuk memberdayakan kembali potensi warna dan serat alam yang lebih terarah.

Desainer Merdi Sihombing yang turut berpartisipasi dalam Swarna Fest 2015, memuji para penenun Rote Ndao dengan menyebut mereka sebagai masyarakat dengan kemampuan luar biasa.

"Saya melihat mereka sebagai harta yang perlu digali lagi. Saya ingin karya masyarakat Rote Ndao ini terangkat ke permukaan," katanya dengan penuh semangat.

Dalam festival yang digelar selama dua hari itu, Merdi menampilkan 24 koleksi tenun ikat yang dipertontonkan melalui fashion show.

Berbagai hasil karya diangkatnya dalam fashion show bertajuk "Sunset Concept" itu, di antaranya pakaian dan topi zaman dahulu yang sudah tidak diproduksi lagi.

Salah satu karya Merdi yang bermotif tenun Rote bahkan telah dipesan oleh Louis Vuitton untuk dikembangkan.


Industri kreatif

Saleh Husin optimistis, industri kreatif ini semakin berkembang seiring perlindungan pemerintah yang dilakukan melalui pendekatan Indikator Geografis.

Secara garis besar, lanjutnya, indikasi geografis dipahami sebagai penggunaan nama lokasi di mana sebuah produk diproduksi atau terkait lokasi yang identik dengan produk.

Menperin mengatakan, salah satu strategi pembangunan ekonomi dan industri di Indonesia memang melalui pengembangan industri kreatif.

Pada tahun 2014, peringkat Indeks Inovasi Global Indonesia menempati peringkat 87 dari 126 negara berdasarkan hasil Survei INSEAD (Institute European d’Administration des Affairs), atau meningkat dari peringkat 99 pada 2012.

Sedangkan, peringkat ekspor barang kreatif Indonesia tumbuh menjadi peringkat 25 pada 2014 dari peringkat 85 di tahun 2013.

Data statistik menunjukkan, kontribusi industri kreatif terhadap PDB dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada 2013 sebesar 6,9 persen, kemudian meningkat menjadi 7,6 persen pada 2014, dan tahun ini diperkirakan mencapai 8 hingga 9 persen.

Sampai dengan Juni 2015 sumbangan industri kreatif terhadap PDB telah mencapai 6,3 persen atau mencapai Rp 104,73 triliun.

"Semoga tenun Rote dapat terus maju. Kami ingin terus menjaga dan melestarikan warisan leluhur kami," ucap Ferni, seorang pengrajin tenun yang telah berkiprah di dunia tenun dalam 25 tahun terakhir.