IHSG Jumat ditutup melemah 10,68 poin
6 November 2015 17:30 WIB
Ilustrasi - Seorang karyawan mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat ditutup melemah sebesar 10,68 poin seiring dengan investor yang cenderung menahan transaksi beli akibat kabar dari bank sentral AS (the fed) yang akan menaikan suku bunga acuannya.
IHSG BEI ditutup melemah 10,68 poin atau 0,23 persen menjadi 4.566,55. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 3,18 poin (0,40 persen) menjadi 783,82.
Kepala Riset Universal broker Indonesia Satrio Utomo di Jakarta, mengatakan bahwa kabar mengenai kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) pada Desember membuat pelaku pasar saham menahan transaksinya lebih agresif sehingga indeks BEI sedikit mengendur setelah sempat mengalami kenaikan.
"Tadi malam, salah satu pimpinan the Fed memberikan pernyataan akan menaikan suku bunga di Desember. Reaksi bursa Dow Jones Industrial turun tipis, dan diikuti mayoritas pasar Asia. Situasi itu yang membuat IHSG jadi sedikit melemah," katanya.
Ia menambahkan bahwa melemahnya indeks BEI juga seiring dengan transaksi investor asing yang kurang agresif di bursa saham domestik. Dalam data BEI tercatat, transaksi investor asing pada akhir pekan ini (Jumat, 6/11) mencatatkan jual bersih atau foreign net sell sebesar Rp53,861 miliar.
Sementara itu, Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat mengatakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal III 2015 yang sebesar 4,73 persen (year on year), atau di bawah konsensus pasar 4,8 persen dan juga di bawah prediksi Bank Indonesia 4,85 persen mencerminkan perbaikan ekonomi Indonesia masih rentan.
Kendati demikian, lanjut dia, masih ada harapan untuk pasar saham Indonesia dari belanja investasi (Gross Fixed Capital Formation) Indonesia yang tumbuh 4,62 persen secara tahunan pada kuartal III 2015, yang menunjukkan bukti solid bahwa investasi di Indonesia mulai membaik.
Sementara itu, tercatat frekuensi saham di BEI mencapai 178.107 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 2,35 miliar lembar saham senilai Rp2,87 triliun. Efek yang bergerak naik sebanyak 125 saham, turun 139 saham, dan yang bergerak stagnan atau tidak bergerak nilainya sebanyak 104 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng turun 183,71 poin (0,80 persen) menjadi 22.867,33, indeks Nikkei naik 149,19 poin (0,78 persen) ke level 19.265,60, dan Straits Times melemah 11,96 poin (0,40 persen) ke posisi 3.011,69.
IHSG BEI ditutup melemah 10,68 poin atau 0,23 persen menjadi 4.566,55. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 3,18 poin (0,40 persen) menjadi 783,82.
Kepala Riset Universal broker Indonesia Satrio Utomo di Jakarta, mengatakan bahwa kabar mengenai kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) pada Desember membuat pelaku pasar saham menahan transaksinya lebih agresif sehingga indeks BEI sedikit mengendur setelah sempat mengalami kenaikan.
"Tadi malam, salah satu pimpinan the Fed memberikan pernyataan akan menaikan suku bunga di Desember. Reaksi bursa Dow Jones Industrial turun tipis, dan diikuti mayoritas pasar Asia. Situasi itu yang membuat IHSG jadi sedikit melemah," katanya.
Ia menambahkan bahwa melemahnya indeks BEI juga seiring dengan transaksi investor asing yang kurang agresif di bursa saham domestik. Dalam data BEI tercatat, transaksi investor asing pada akhir pekan ini (Jumat, 6/11) mencatatkan jual bersih atau foreign net sell sebesar Rp53,861 miliar.
Sementara itu, Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Rachmat mengatakan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal III 2015 yang sebesar 4,73 persen (year on year), atau di bawah konsensus pasar 4,8 persen dan juga di bawah prediksi Bank Indonesia 4,85 persen mencerminkan perbaikan ekonomi Indonesia masih rentan.
Kendati demikian, lanjut dia, masih ada harapan untuk pasar saham Indonesia dari belanja investasi (Gross Fixed Capital Formation) Indonesia yang tumbuh 4,62 persen secara tahunan pada kuartal III 2015, yang menunjukkan bukti solid bahwa investasi di Indonesia mulai membaik.
Sementara itu, tercatat frekuensi saham di BEI mencapai 178.107 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 2,35 miliar lembar saham senilai Rp2,87 triliun. Efek yang bergerak naik sebanyak 125 saham, turun 139 saham, dan yang bergerak stagnan atau tidak bergerak nilainya sebanyak 104 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng turun 183,71 poin (0,80 persen) menjadi 22.867,33, indeks Nikkei naik 149,19 poin (0,78 persen) ke level 19.265,60, dan Straits Times melemah 11,96 poin (0,40 persen) ke posisi 3.011,69.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: