Jakarta (ANTARA News) - Buruknya kondisi perairan pascabanjir karena bercampur dengan kotoran dan bangkai unggas sangat berpotensi menjadi media penyebaran virus flu burung, kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI) Prof. dr. Amal Sjaaf. "Banyak unggas dan kotoran unggas yang hanyut akibat banjir, itu berpotensi menularkan virus flu burung," katanya di Jakarta, Kamis. Amal mengatakan, virus subkategori H5N1 penyebar flu itu mampu bartahan di air dalam rentang waktu sekitar 30 hari. Oleh karena itu, katanya, masyarakat di daerah genangan air sangat rentan terhadap infeksi virus tersebut. "Virus jenis ini memang tidak tahan terhadap panas, tapi bisa hidup cukup lama di dalam air," katanya menambahkan. Untuk itu, dia mengharapkan masyarakat, terutama anak-anak, untuk mengubah kebiasaan bermain ataupun beraktivitas di genangan air. Virus yang sangat mungkin berada di genangan air itu, katanya, akan menginfeksi tubuh melalui saluran pernafasan dan pencernaan. Selain itu, Amal juga mengharapkan kalangan masyarakat yang memiliki pengaruh memberikan pemahaman yang benar terkait kemungkinan penyebaran virus flu burung selama banjir melanda Ibukota. Terkait hal itu, Amal menyayangkan kecenderungan para reporter televisi untuk menyampaikan laporannya di dalam genangan air. Hal itu, katanya, sangat tidak mendidik karena masyarakat yang mengalami semacam euforia dengan liputan televisi itu justru akan ikut masuk ke dalam air. "Laporan di tengah banjir memang mengesankan, tapi tidak mendidik," katanya. Lebih lanjut, Amal yang juga menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Bidang Pelayanan Sosial dan Kesehatan itu juga berharap agar pemerintah melakukan serangkaian langkah sterilisasi pascabanjir. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan pembersihan, baik manual dengan cara membuang bangkai dan kotoran unggas maupun dengan menggunakan obat kimia. Sterilisasi itu harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh agar masyarakat benar-benar aman dari ancaman virus flu burung.(*)