Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2015 terjadi deflasi sebesar 0,08 persen, yang dipicu oleh turunnya harga kebutuhan bahan makanan.

"Deflasi tinggi di bahan makanan, karena harga beberapa komoditi turun dan terkendali. Suplainya juga banyak," kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Suryamin mengatakan beberapa komoditas bahan makanan yang menyumbang deflasi Oktober adalah ayam ras, telur ayam ras dan jenis sayur mayur seperti cabai rawit dan cabai merah.

Dengan terjadinya deflasi pada Oktober, maka inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 baru mencapai 2,16 persen dan inflasi secara tahun ke tahun (year on year) 6,25 persen.

Inflasi komponen inti pada Oktober tercatat 0,23 persen dan inflasi inti secara tahun ke tahun (year on year) mencapai 5,02 persen. Sedangkan, komponen harga diatur pemerintah inflasi 0,03 persen dan harga bergejolak deflasi 1,22 persen. ( Baca juga : BPS catat deflasi 0,08 persen selama Oktober)

Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan menyumbang deflasi 1,06 persen, namun kelompok lainnya masih mengalami inflasi tipis yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,4 persen dan kelompok kesehatan 0,29 persen.

Selain itu, kelompok sandang tercatat inflasi 0,25 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,16 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,09 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,02 persen.

"Meskipun kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi namun ada beberapa komoditas ini yang harganya menurun, seperti bensin pertamax, gas dan listrik," kata Suryamin.

Ia menambahkan dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 44 kota tercatat deflasi dan 38 kota mengalami inflasi pada Oktober 2015.

Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,95 persen dan terendah di Padang Sidempuan 0,01 persen. Sedangkan, inflasi tertinggi terjadi di Manado yaitu 1,49 persen.