Moskow (ANTARA news) - Rusia pada Jumat menyatakan angkatan udaranya telah menghancurkan 1.623 "sasaran teroris" di Suriah dalam pengeboman yang telah berlangsung sebulan guna mendukung pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad.

"Secara keseluruhan pesawat-pesawat tempur kami telah melakukan 1.391 serangan, menghancurkan 1.623 sasaran tereoris," termasuk 51 kamp pelatihan dan 131 gudang, kata Andrei Kartapolov, seorang pejabat senior di Kementerian Pertahanan Rusia, dalam komentarnya yang disiarkan televisi.

Kartapolov menambahkan bahwa 249 pos komando dan komunikasi, 35 kendaraan untuk membawa bom, 371 posisi yang dijadikan benteng dan 786 kamp lapangan dan pangkalan juga dihancurkan.

Rusia telah melancarkan serangan-serangan sejak 30 September, menyiarkan informasi hampir tiap hari tentang kampanye itu yang dikatakannya sasaran-sasaran yang diserang terutama milik Negara Islam.

Amerika Serikat dan para sekutunya -- yang melancarkan kampanye pengeboman terpisah -- menyatakan Mosksow telah mengonsentrasikan serangan-seerangan atas kelompok-kelompok lain yang menentang IS dan Presiden Bashar.

Militer Rusia mengatakan bahwa serangan-serangannya telah membuat panik dan disersi massal di kalangan tokoh-tokoh teroris tetapi ofensif darat pasukan Suriah telah menimbulkan berbagai anggapan. Setelah merebut beberapa kota awal bulan ini pasukan pemerintah sebelumnya kehilangan sejumlah kawasan.

"Masih prematur untuk mengatakan tentang kemenangan sepenuhnya atas para teroris di Suriah," kata Kartapolov. "Walaupun mengalami kerugian dan disersi massal, kaum militan terus malawan pasukan pemerintah di beberapa kawasan. Namun semua usaha mereka melancarkan serangan balik telah digagalkan."

Kemhan Rusia menyatakan ofensif-ofensif di darat oleh pasukan Suriah di Aleppo, Latakia, Hama dan Homs telah mendorong pasukan pemerintah merebut kembali wilayah seluas 350 km persegi dalam beberapa pekan terakhir.

Desa Sneisil di kawasan Homs termasuk di antara kawasan yang direbut kembali oleh pemerintah, katanya, dengan menambahkan telah terjadi pertempuran sengit untuk menguasai Salma, sebuah desa di Provinsi Latakia, di bagian baratlaut Suriah.

Kartapolov juga mengatakan bahwa para militan dari Front Nusra dan kelompok Negara Islam, yang telah bertempur satu sama lain selama berbulan-bulan, telah "bergabung dengan pasukan" di Provinsi Hama.

Klaim pengeboman paling akhir itu muncul sementara menteri luar negeri Rusia bertemu deengan para rekan sejawatnya dari 17 negara lain yang terlibat dalam konflik Suriah -- termasuk AS dan Iran -- dalam upaya untuk mendorong solusi atas krisis tersebut.