Kutai Barat, Kalimantan Timur (ANTARA News) - Kepala UPT Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Heru F Widodo mengatakan penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan akan dilaksanakan hingga November.

"Kamis lalu (22/10) sudah terlihat potensi awan hujan, Jumat (23/10) kita sempat terbang (menyemai garam). Rencananya TMC dilanjutkan sampai November," kata Heru kepada Antara dari Kutai Barat, Rabu.

Sejauh ini, ia mengatakan khusus untuk Kalimantan penyemaian awan berpotensi hujan dengan garam dilakukan di Kalimantan Barat, perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, serta Kalimantan Selatan.

"Dari tanggal 15 Oktober lalu kami sudah semai 24,2 ton garam," ujar dia.

Menurut Masrani Kilo (62), warga kampung Muara Tae di Kutai Barat, sudah dua kali turun hujan sepanjang Oktober ini.

Namun, dari Antara di sekitar Kecamatan Jempang, hutan di daerah ini masih saja kering.

Air di sungai-sungai kecil seperti Sungai Priyan, Sungai Kedang Murung, Sungai Klumpang, Sungai Nayan, Sungai Gusik, dan Sungai Lungkur yang dilintasi dari Kutai Kartanegara, surut sehingga sulit dilintasi perahu kayu kecil.

Hujan sempat terjadi di sekitar hutan lindung Bukit Soeharto, bahkan kemarin di Samarinda air sempat menggenangi sejumlah titik.

Berdasarkan informasi BMKG, kemarin (27/10), jumlah titik api pada pukul 05.00 WIB, mencapai 40 di Kalimantan dan 485 di Sumatera, sedangkan sumber titik panas di Kalimantan terdeteksi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.