Rupiah rabu pagi melemah menjadi Rp13.645
28 Oktober 2015 10:19 WIB
Nilai Tukar Rupiah Melemah Seorang petugas menghitung mata uang dolar AS di salahsatu tempat penukaran mata uang di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa (20/8). Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar bank pada selasa (20/8) bergerak melemah mencapai titik tertinggi diatas Rp.10.700 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi bergerak melemah sebesar 25 poin menjadi Rp13.645 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.620 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah diperkirakan tetap tinggi dengan kecenderungan pelemahan paling tidak hingga pengumuman hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis (29/10) dini hari nanti.
"Spekulasi dinaikannya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) masih ada sehingga mendorong laju dolar AS di area positif," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, potensi rupiah kembali menguat cukup terbuka menyusul proyeksi pasar terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat yang akan menunda kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat.
"Penundaan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS mungkin bisa menopang rupiah walaupun itu hanya akan sementara hingga pertenuan FOMC berikutnya pada 15-16 Desember 2015," katanya.
Analis LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo menambahkan bahwa sikap pemerintah dalam menghadapi tantangan perlambatan ekonomi melalui paket kebijakan ekonomi pada tahun 2015 ini cukup diapresiasi investor pasar uang sehingga rupiah masih bergerak relatif stabil.
Menurut dia, kebijakan yang dikeluarkan dalam waktu yang relatif singkat ini memberi pandangan kepada pelaku pasar bahwa pemerintah sigap mengantisipasi perlambatan ekonomi, sehingga pasar keuangan di dalam negeri memberikan apresiasi.
"Meski dampak kebijakan pemerintah belum dapat dirasakan, setidaknya ada harapan bagi perekonomian domestik menjelang tutup tahun 2015 ini," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa fluktuasi nilai tukar rupiah diperkirakan tetap tinggi dengan kecenderungan pelemahan paling tidak hingga pengumuman hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis (29/10) dini hari nanti.
"Spekulasi dinaikannya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) masih ada sehingga mendorong laju dolar AS di area positif," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, potensi rupiah kembali menguat cukup terbuka menyusul proyeksi pasar terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat yang akan menunda kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat.
"Penundaan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS mungkin bisa menopang rupiah walaupun itu hanya akan sementara hingga pertenuan FOMC berikutnya pada 15-16 Desember 2015," katanya.
Analis LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo menambahkan bahwa sikap pemerintah dalam menghadapi tantangan perlambatan ekonomi melalui paket kebijakan ekonomi pada tahun 2015 ini cukup diapresiasi investor pasar uang sehingga rupiah masih bergerak relatif stabil.
Menurut dia, kebijakan yang dikeluarkan dalam waktu yang relatif singkat ini memberi pandangan kepada pelaku pasar bahwa pemerintah sigap mengantisipasi perlambatan ekonomi, sehingga pasar keuangan di dalam negeri memberikan apresiasi.
"Meski dampak kebijakan pemerintah belum dapat dirasakan, setidaknya ada harapan bagi perekonomian domestik menjelang tutup tahun 2015 ini," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: