Transmisi sutet PLTU Holtekam sisakan 13 titik tower
28 Oktober 2015 05:41 WIB
Ilustrasi. Sejumlah pekerja melakukan proses pembangunan tower Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), untuk sambungan PLTU Bunton, di Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jateng, Kamis (22/1). Pemerintah berencana membangun kembali PLTU Bunton tahap kedua dengan kapasitas 5000 megawatt, yang akan terintegrasi dalam jaringan Jawa-Madura-Bali. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
Jayapura (ANTARA News) - General Manager PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, Roberth Sitorus mengatakan transmisi saluran udara tegangan tinggi (sutet) dari PLTU Holtekamp tinggal menyisakan 13 titik tower dari total 78 unit yang dibangun.
"Hingga kini, tinggal 13 titik tower yang akan dibangun sebelum masuk kedalam gardu induk di Skyline, Kota Jayapura," kata Roberth Sitorus di Kota Jayapura, Papua, Rabu.
Ia mengatakan PLTU Holtekamp kini dalam tahap masa uji coba pembakaran dalam tungku dengan menggunakan material kayu sebelum menggunakan bahan baku utama, berupa batu bara yang akan didatangkan dari Kalimantan.
"Sementara lagi masa uji coba, sudah ada asap dicerobongnya kalau rekan-rekan melihat dari Skyline kearah Holtekamp," katanya.
Menurut Sitorus, PLTU Holtekam akan menghasilkan 2x10 MW atau 20 MW yang bisa membantu penerangan di Kota Jayapura dan sekitarnya.
Apa lagi pemakaian daya di Ibu Kota Provinsi Papua dan beberapa kabupaten terdekat, kata Sitorus bisa mencapai 70 MW dengan beban puncak 72 MW.
"Nah, kalau PLTU Holtekam beroperasi paling tidak ketersediaan pasokan listrik di Jayapura bisa mencukupi," katanya.
Selain itu, mengenai operasional PLTU Holtekam yang bisa mencemari udara dan abu-nya bisa melekat pada tanaman yang ada di sekitar Distrik Muara Tami, Sitorus mengatakan hal itu sudah dipikirkan jauh sebelumnya.
"PLTU sudah dibangun dimana-mana dan sebelum dibangun itu sudah pasti ada perhitungan AMDAL, UKL, UPL-nya, dan memang mungkin sih pasti adalah, yang selama ini tidak ada uap sama sekali tiba-tiba ada, tapi saya kira masih dalam batas ambang aman semua," katanya.
Sitorus menambahkan bahwa pembangunan PLTU Holtekam tidak asal dilakukan karena dibangun untuk kebutuhan masyarakat akan pasokan listrik dan tentunya saat berdiri telah mempunyai izinnya.
"Sudah pasti akan ada penanganan untuk itu (abu batu bara,red), PLN tetap memperhatikannya bisa dengan menggunakan dana CSR dan sudah ada pihak-pihak yang mengajukan diri untuk menangani hal tersebut," katanya.
"Hingga kini, tinggal 13 titik tower yang akan dibangun sebelum masuk kedalam gardu induk di Skyline, Kota Jayapura," kata Roberth Sitorus di Kota Jayapura, Papua, Rabu.
Ia mengatakan PLTU Holtekamp kini dalam tahap masa uji coba pembakaran dalam tungku dengan menggunakan material kayu sebelum menggunakan bahan baku utama, berupa batu bara yang akan didatangkan dari Kalimantan.
"Sementara lagi masa uji coba, sudah ada asap dicerobongnya kalau rekan-rekan melihat dari Skyline kearah Holtekamp," katanya.
Menurut Sitorus, PLTU Holtekam akan menghasilkan 2x10 MW atau 20 MW yang bisa membantu penerangan di Kota Jayapura dan sekitarnya.
Apa lagi pemakaian daya di Ibu Kota Provinsi Papua dan beberapa kabupaten terdekat, kata Sitorus bisa mencapai 70 MW dengan beban puncak 72 MW.
"Nah, kalau PLTU Holtekam beroperasi paling tidak ketersediaan pasokan listrik di Jayapura bisa mencukupi," katanya.
Selain itu, mengenai operasional PLTU Holtekam yang bisa mencemari udara dan abu-nya bisa melekat pada tanaman yang ada di sekitar Distrik Muara Tami, Sitorus mengatakan hal itu sudah dipikirkan jauh sebelumnya.
"PLTU sudah dibangun dimana-mana dan sebelum dibangun itu sudah pasti ada perhitungan AMDAL, UKL, UPL-nya, dan memang mungkin sih pasti adalah, yang selama ini tidak ada uap sama sekali tiba-tiba ada, tapi saya kira masih dalam batas ambang aman semua," katanya.
Sitorus menambahkan bahwa pembangunan PLTU Holtekam tidak asal dilakukan karena dibangun untuk kebutuhan masyarakat akan pasokan listrik dan tentunya saat berdiri telah mempunyai izinnya.
"Sudah pasti akan ada penanganan untuk itu (abu batu bara,red), PLN tetap memperhatikannya bisa dengan menggunakan dana CSR dan sudah ada pihak-pihak yang mengajukan diri untuk menangani hal tersebut," katanya.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: