Jakarta (ANTARA News) - Karya pelukis Anggar Prasetyo bertajuk Exploitation of Fish meraih gelar paling terhormat dalam kompetisi UOB Painting of the Year 2015 di kategori pelukis profesional, sehingga dia juga berhak atas Rp250 juta uang hadiah.




Selanjutnya, hasil karya dia itu akan dikompetisikan dengan pelukis-pelukis dari Malaysia, Singapura dan Thailand yang memenangi kompetisi UOB Painting of Year di masing-masing negara itu, untuk mendapatkan gelar sebagai UOB Southeast Asian Painting of the Year.




UOB Bank yang berkantor pusat di Singapura sangat menaruh perhatian pada perkembangan seni bagi kehidupan masyarakat. Ini juga yang membuat bank ini selalu menggelar lomba karya cipta lukisan bagi seniman-seniman di banyak negara.




Seluruh hasil karya seniman-seniman yang berhasil dalam masuk dalam babak finalis akan dipamerkan di kantor pusat UOB Indonesia, bertempat di UOB Plaza, Jakarta dari 26 Oktober hingga 30 November 2015.




Pada saat sama, UOB Art Gallery di Singapura memamerkan lukisan para pemenang UOB Painting of the Year dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Selain berkesempatan mendapatkan gelar UOB Southeast Asian Painting of the Year, Prasetyo juga berkesempatan untuk memenangi program di Fukuoka Asian Art Museum, di Jepang.




Secara umum, kompetisi UOB Painting of the Year 2015 terbagi dalam dua kategori yaitu kategori profesional dan kategori pendatang baru. Kategori Profesional merupakan kategori tertinggi dalam kompetisi ini.




Pada kategori pendatang baru, pelukis Dian Wijaya dinobatkan sebagai The Most Promising Artist of the Year dengan hasil karya Place of Farming, dengan hadiah uang Rp30 juta.




Senada dengan karya Prasetyo, luksian Wijaya menggambarkan dampak kemajuan teknologi terutama melalui media sosial yang memicu keserakahan insan manusia dan mendorong nafsu untuk menghancurkan.




Presiden Direktur UOB Indonesia, Armand B Arief, menyampaikan, UOB berkomitmen mendorong pertumbuhan seni di Indonesia karena seni memainkan peranan yang penting dalam lingkungan masyarakat yang dinamis dan kreatif.




Meskipun masyarakat melihat maraknya interaksi sosial disebabkan kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi, seni tetap menjadi sebuah media yang penting bagi khalayak umum untuk mengangkat berbagai aspek yang mempengaruhi lingkungan kita.




“Kami bangga kegiatan kompetisi tahunan UOB Painting of the Year terus mendorong seniman-seniman di berbagai pelosok Indonesia untuk menghasilkan karya seni yang luar biasa, memberikan inspirasi dan menyatukan masyarakat. Talenta seniman-seniman Indonesia kini semakin dikenal di luar negeri.” ujar Arief.




Secara lengkap, para peraih gelar terhormat pada UOB Painting of the Year 2015 itu pada kategori profesional adalah Sapto Utomo (Gold Award/CV Rumah Kudus/Rp100 juta), Rocka Radipa (Silver Award/Good Vibration/Rp80 juta), dan Andy Firmanto (Bronze Award/Menanam Padi di Langit/Rp50 juta).




Sedangkan di kategori pendatang baru, mereka adalah Laksamana Ryo (Gold Award/Journey of a Dreamer/Rp25 juta), Turi Raharjo (Silver Award/Gajahku Menangis/Rp15 juta), dan Tito Tryamei (Bronze Award/Berbagi Cerita/Rp10 juta).




Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pagelaran kompetisi UOB Painting of the Year telah melahirkan alumni pelukis-pelukis berbakat.




Pelukis-pelukis yang telah memenangi kompetisi UOB Painting of the Year antara lain Gatot Indrajati, pada 2011 dengan karyanya, The Puppet State, Y Indra Wahyu pada 2012, pelukis yang dikenal dengan bakatnya menggunakan tehnik cat air dan skesta.




Wahyu adalah pelukis Indonesia pertama mendapatkan gelar UOB Southeast Asian Painting of the Year pada 2012, Suroso Isur pada 2013, dan Antonius Subiyanto pada 2014.