Jakarta (ANTARA News) - Industri fesyen didorong menerapkan konsep ramah lingkungan dalam aktivitas produksinya, yang dikenal sebagai ethical fashion yaitu pendekatan desain dan dan pembuatan pakaian bermanfaat bagi masyarakat dan sekaligus meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Demikian diungkapkan Menteri Perindustrian Saleh Husin yang juga menyebut pendekatan ini dapat digandengkan dengan fesyen berkelanjutan (green fashion) dalam pelaksanaannya.

"Fesyen yang ramah lingkungan ini dapat menjadi keunggulan Indonesia. Rekan-rekan desainer dan pengusaha tentu sudah akrab dengan pewarna alami dan proses pembuatan kain yang berbahan baku alam," kata Saleh melalui siaran pers di Jakarta, Senin.

Saleh menyampaikan hal tersebut saat meresmikan pembukaan Fashion Show “Beginning Ethical Fashion” pada Jakarta Fashion Week 2016, di kawasan Senayan, Jakarta.

Produk fesyen yang memperhatikan dampak lingkungan, sambungnya, lazimnya dibuat dengan ketelitian sejak pembuatan bahan baku, pemilihan motif, dan pewarnaan.

Secara sosial, hubungan desainer dengan perajin juga terjalin lebih personal dan bernuansa kekeluargaan.

"Green fashion ini sebenarnya sudah Indonesia banget. Kita sudah melakukan dan tinggal kita konsisten serta mengemasnya untuk memperkuat brand fesyen Indonesia ketika dipasarkan ke pasar domestik dan global," lanjutnya. Sementara itu, Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah mengatakan, nilai ekonomi dari produk tersebut pun lebih tinggi karena memiliki unsur eksklusif.

Para pembeli yang sadar akan lebih menghargai produk ini karena merasa memiliki dan ikut mendukung proses pelestarian budaya Indonesia. "Ini menjadi peluang emas bagi para desainer, IKM bidang fesyen maupun pengusaha lainnya untuk menggali budaya yang mulai hilang dan terancam punah dan menghasilkan produk yang menarik," ujarnya.