Rupiah Senin sore melemah menjadi Rp13.642
26 Oktober 2015 17:42 WIB
ilustrasi Rupiah Melemah Petugas menghitung mata uang dolar AS di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (16/10/15). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore bergerak melemah sebesar 21 poin menjadi Rp13.642 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.621 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Senin mengatakan bahwa menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pelaku pasar cenderung mengakumulasi aset dalam bentuk dolar AS, situasi itu yang menjadi salah satu faktor nilai tukar rupiah mengalami tekanan.
"Faktor eksternal menahan laju mata uang rupiah untuk kembali bergerak di area positif, investor mengantisipasi hasil rapat FOMC pada pekan ini," ucapnya.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS tidak terlalu signifikan terhadap mata uang rupiah dikarenakan perekonomian Indonesia masih relatif stabil seiring dengan tingginya harapan pelaku pasar terhadap perekonomian nasional.
"Paket-paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah menimbulkan harapan yang baik bagi perekonomian domestik ke depan, situasi itu yang menjaga nilai tukar rupiah tidak tertekan lebih dalam pada awal pekan ini," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa investor masih behati-hati mengambil posisi dolar AS secara agresif menyusul proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal ketiga tahun 2015 ini melambat.
"Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 1,6 persen pada kuartal ketiga tahun ini, lebih rendah dari kuartal sebelumnya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (26/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.643 dibandingkan hari sebelumnya (23/10) Rp13.491 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Senin mengatakan bahwa menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pelaku pasar cenderung mengakumulasi aset dalam bentuk dolar AS, situasi itu yang menjadi salah satu faktor nilai tukar rupiah mengalami tekanan.
"Faktor eksternal menahan laju mata uang rupiah untuk kembali bergerak di area positif, investor mengantisipasi hasil rapat FOMC pada pekan ini," ucapnya.
Kendati demikian, menurut dia, penguatan dolar AS tidak terlalu signifikan terhadap mata uang rupiah dikarenakan perekonomian Indonesia masih relatif stabil seiring dengan tingginya harapan pelaku pasar terhadap perekonomian nasional.
"Paket-paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah menimbulkan harapan yang baik bagi perekonomian domestik ke depan, situasi itu yang menjaga nilai tukar rupiah tidak tertekan lebih dalam pada awal pekan ini," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa investor masih behati-hati mengambil posisi dolar AS secara agresif menyusul proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal ketiga tahun 2015 ini melambat.
"Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 1,6 persen pada kuartal ketiga tahun ini, lebih rendah dari kuartal sebelumnya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (26/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.643 dibandingkan hari sebelumnya (23/10) Rp13.491 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: