Shinkansen mampu berlarian di atas rel dengan kecepatan maksimal 320 km per jam, yang memiliki 16 gerbong dan 100 kursi penumpang setiap gerbong.
"Keberangkatan Shinkansen selalu tepat waktu, kalau calon penumpang datang telat, pasti tertinggal," kata seorang pemandu wisata asal Indonesia Triyana Suharna yang sejak 1999 tinggal di Jepang, Senin.
Shinkansen memiliki tiga jenis kereta dengan kecepatan yang berbeda, yakni Nozomi atau kereta paling cepat, Hikari atau kereta dengan kecepatan sedang, dan Kodama atau kereta yang paling lambat berjalan di atas rel.
Harga dari setiap jenis Shinkansen itupun berbeda, tergantung jarak dan jenis kereta yang digunakan dengan harga mulai 1.700 yen atau Rp195.500 hingga 6.500 yen atau Rp747.500 untuk jurusan Osaka-Nagoya.
Menjadi penumpang pada kereta ini cukup mengesankan, karena dengan menggunakan teknologi magnet, Shinkansen berjalan sangat stabil dengan minim guncangan. Jerman yang mengembangkan dan mematenkan teknologi magnetic levetation ini.
Jadi daya tolak-menolak antar kutub magnet sejenis akan membuat kereta mengambang sekaligus "mengikat" dia di rel dan menolak mereka ke arah mendatar dalam kecepatan tinggi.
"Jadi, semakin kencang, kita akan seperti melayang, dan ketika kecepatannya diturunkan, teknologi magnet tersebut mencengkeram roda kereta perlahan. Jadi sangat jarang terjadi guncangan," kata Triyana.
Ketepatan waktu dan keselamatan para penumpang nampaknya menjadi priotitas utama operasional kereta kebanggaan Jepang yang tersohor ini.
"Jadi, semakin kencang, kita akan seperti melayang, dan ketika kecepatannya diturunkan, teknologi magnet tersebut mencengkeram roda kereta perlahan. Jadi sangat jarang terjadi guncangan," kata Triyana.
Ketepatan waktu dan keselamatan para penumpang nampaknya menjadi priotitas utama operasional kereta kebanggaan Jepang yang tersohor ini.