Bondowoso (ANTARA News) - Budayawan Emha Ainun Nadjib menilai Pancasila adalah karya yang luar biasa karena dari sila pertama hingga kelima merupakan urutan pencapaian dalam kehidupan bernegara.

Saat tampil bersama kelompok musik Kiai Kanjeng dan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, KHR Achmad Azaim Ibrahimy, di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Minggu (25/10) malam hingga Senin dini hari, ia menyampaikan bahwa sila kelima merupakan puncak dari sila-sila sebelumnya.

"Sila kelima adalah keadilan sosial. Apakah sekarang sudah tercapai?" kata lelaki asal Jombang, Jawa Timur, yang akrab disapa Cak Nun itu.

Ketika peserta pengajian yang diselenggarakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bondowoso itu menjawab belum, Cak Nun mengemukakan bahwa hal itu mengandung makna ada masalah di sila sebelumnya, yakni sila keempat yaitu mengenai kepemipinan atau negara.

Suami dari penyanyi Novia Kolopaking itu kemudian juga bertanya apakah kepemimpinan di negeri kita sudah beres? Warga menjawab belum dan kemudian dijelaskan oleh Cak Nun bahwa hal itu menunjukkan masih ada masalah di sila sebelumnya lagi, yakni ketiga mengenai persatuan Indonesia.

Sosok yang pernah dijuluki "Kiai Mbeling" itu juga menguraikan bahwa persatuan yang hakikatnya merupakan tugas dari KNPI itu hingga kini juga belum beres. Hal itu karena sila kedua juga masih ada masalah, yaitu mengenai kemanusiaan yang adil dan beradab.

"Jika sila kedua yang intinya merupakan pendidikan, yakni tugas dari menteri pendidikan juga belum beres, berarti sila pertama juga masih ada masalah. Sila pertama adalah tugas para ulama, mengenai ketuhanan," kata tokoh yang memelopori pementasan "lautan jilbab" di masa Orde Baru itu.

Cak Nun yang mengaku baru pertama tampil di hadapan masyarakat Kabupaten Bondowoso itu banyak menyampaikan bahasan masalah dibungkus dalam candaan-candaan segar. Selain uraian langsung darinya, masyarakat yang datang juga diberi kesempatan berdialog mengenai berbabagai persoalan.

Pada kesempatan itu Cak Nun mengingatkan masyarakat agar menjaga betul keluarganya masing-masing sebagai amanah dari Allah. Menurut dia menikah yang kemudian membentuk keluarga adalah "ide" dari Allah, sedang bernegara adalah ide manusia.

"Jadi keluarga itu lebih penting dari pada negara. Nikmatilah dalam kehidupan berkeluarga. Hidup bukan pencapaian, tapi perjuangan," katanya.