Warga Mesuji rasakan kabut asap
25 Oktober 2015 06:50 WIB
Ilustrasi--Kebakaran Hutan Lindung Bangka Belitung Foto udara kebakaran hutan lindung di Kepulauan Bangka, Bangka Belitung. Jumat (23/10/15). Ratusan hektar hutan lindung di Kepulauan Bangka Belitung hangus terbakar yang disebabkan oleh kelalaian manusia. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Mesuji, Lampung (ANTARA News) - Warga Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan merasakan semakin parah kondisi lingkungan sekitarnya dengan kabut asap.
Menurut sejumlah warga Mesuji, Minggu, pada pagi hingga sore dan malam hari kemaren, di sejumlah tempat di Mesuji, kabut asap dirasakan dalam kondisi sudah sangat pekat.
Beberapa warga di sana membenarkan, pada akhir pekan hingga Minggu ini, kabut asap yang menimpa Mesuji, Lampung berbatasan dengan Sumatera Selatan masih terus dialami mereka.
Di Kecamatan Simpang Pematang dalam beberapa hari ini, pada pagi hingga sore masih diselimuti asap pekat dan jarak pandang pengendara kurang dari 100 meter.
"Kemarin kondisi kabut asap makin parah, tapi ternyata hari ini lebih parah. Sudah sebulan terakhir hal ini kami alami, tapi saat ini paling parah," ujar Herman, salah satu warga setempat.
Bahkan, menurut herman, para pegawai setempat yang sedang berada di dalam kantor pun dalam beberapa hari hingga Sabtu (24/10) akhir pekan ini, sampai harus memakai masker karena kabut asap yang pekat, dan sampai di dalam rumah pun harus pakai masker.
Menurut Yahman, warga Kecamatan Way Serdang menjelaskan, kondisi kabut asap memang makin parah setiap harinya.
Biasanya hanya pagi dan tengah malam kabut asap itu dirasakan warga setempat, tapi belakangan sepanjang hari kabut asap ada.
Dia menyampaikan, kepekatan kabut asap itu terlihat bagaimana rumah-rumah warga hampir tidak terlihat karena tertutup ketebalan kabut asap.
Kondisi di jalan raya sendiri, lalu-lintas juga sepi dan jarak padangnya pun pendek.
"Sampai matahari enggak terlihat terang, biasanya sinarnya menyilaukan. Ini masih sampai sekarang kabutnya tebal," kata Yahman.
Dia menuturkan, kabut asap itu dirasakan sampai ke ruangan di dalam rumahnya, sehingga di tempat tidur pagi hari juga mengalami batuk-batuk karena asapnya masuk walau sudah memakai kipas angin.
Warga setempat juga mendapati adanya partikel debu, seperti yang menempel di kaca rumah maupun kada mobil mereka.
Akibat kabut asap parah ini, warga setempat mengurangi kegiatan di luar ruangan, mengingat dampak asap ini membuat napas sesak dan perih di mata.
Ternyata kondisi dampak kabut asap itu juga mulai dirasakan sejumlah warga Lampung di beberapa kabupaten/kota lainnya, termasuk dirasakan warga di Kota Bandarlampung, ibu kota Provinsi Lampung.
Setidaknya pada Sabtu (24/10) hingga Minggu ini, sejumlah warga Bandarlampung mengaku merasakan perbedaan kondisi lingkungan sekitar mereka.
Menurut Nur, warga Bandarlampung itu, pada Sabtu pagi terpaksa mengurungkan niat melakukan jogging di sekitar Kampus IAIN Raden Intan Bandarlampung karena merasakan gangguan asap di lingkungan setempat yang dirasakan pekat, memerihkan mata dan sesak di hidung maupun pernapasannya.
Dia dan beberapa warga lainnya juga merasakan hingga siang hari, sinar matahari masih tertutup kabut asap itu, sehingga sinarnya dirasakan meredup.
Semula warga menduga sedang mendung dan akan terjadi hujan, padahal bukan.
Beberapa warga di Bandarlampung membenarkan kondisi tersebut, dan hingga Minggu pagi ini, mengaku masih merasakan perbedaan lingkungan di sekitar mereka yang diperkirakan telah terkena dampak kabut asap yang sebelumnya tidak terjadi di kawasan Kota Bandarlampung ini.
Menurut sejumlah warga Mesuji, Minggu, pada pagi hingga sore dan malam hari kemaren, di sejumlah tempat di Mesuji, kabut asap dirasakan dalam kondisi sudah sangat pekat.
Beberapa warga di sana membenarkan, pada akhir pekan hingga Minggu ini, kabut asap yang menimpa Mesuji, Lampung berbatasan dengan Sumatera Selatan masih terus dialami mereka.
Di Kecamatan Simpang Pematang dalam beberapa hari ini, pada pagi hingga sore masih diselimuti asap pekat dan jarak pandang pengendara kurang dari 100 meter.
"Kemarin kondisi kabut asap makin parah, tapi ternyata hari ini lebih parah. Sudah sebulan terakhir hal ini kami alami, tapi saat ini paling parah," ujar Herman, salah satu warga setempat.
Bahkan, menurut herman, para pegawai setempat yang sedang berada di dalam kantor pun dalam beberapa hari hingga Sabtu (24/10) akhir pekan ini, sampai harus memakai masker karena kabut asap yang pekat, dan sampai di dalam rumah pun harus pakai masker.
Menurut Yahman, warga Kecamatan Way Serdang menjelaskan, kondisi kabut asap memang makin parah setiap harinya.
Biasanya hanya pagi dan tengah malam kabut asap itu dirasakan warga setempat, tapi belakangan sepanjang hari kabut asap ada.
Dia menyampaikan, kepekatan kabut asap itu terlihat bagaimana rumah-rumah warga hampir tidak terlihat karena tertutup ketebalan kabut asap.
Kondisi di jalan raya sendiri, lalu-lintas juga sepi dan jarak padangnya pun pendek.
"Sampai matahari enggak terlihat terang, biasanya sinarnya menyilaukan. Ini masih sampai sekarang kabutnya tebal," kata Yahman.
Dia menuturkan, kabut asap itu dirasakan sampai ke ruangan di dalam rumahnya, sehingga di tempat tidur pagi hari juga mengalami batuk-batuk karena asapnya masuk walau sudah memakai kipas angin.
Warga setempat juga mendapati adanya partikel debu, seperti yang menempel di kaca rumah maupun kada mobil mereka.
Akibat kabut asap parah ini, warga setempat mengurangi kegiatan di luar ruangan, mengingat dampak asap ini membuat napas sesak dan perih di mata.
Ternyata kondisi dampak kabut asap itu juga mulai dirasakan sejumlah warga Lampung di beberapa kabupaten/kota lainnya, termasuk dirasakan warga di Kota Bandarlampung, ibu kota Provinsi Lampung.
Setidaknya pada Sabtu (24/10) hingga Minggu ini, sejumlah warga Bandarlampung mengaku merasakan perbedaan kondisi lingkungan sekitar mereka.
Menurut Nur, warga Bandarlampung itu, pada Sabtu pagi terpaksa mengurungkan niat melakukan jogging di sekitar Kampus IAIN Raden Intan Bandarlampung karena merasakan gangguan asap di lingkungan setempat yang dirasakan pekat, memerihkan mata dan sesak di hidung maupun pernapasannya.
Dia dan beberapa warga lainnya juga merasakan hingga siang hari, sinar matahari masih tertutup kabut asap itu, sehingga sinarnya dirasakan meredup.
Semula warga menduga sedang mendung dan akan terjadi hujan, padahal bukan.
Beberapa warga di Bandarlampung membenarkan kondisi tersebut, dan hingga Minggu pagi ini, mengaku masih merasakan perbedaan lingkungan di sekitar mereka yang diperkirakan telah terkena dampak kabut asap yang sebelumnya tidak terjadi di kawasan Kota Bandarlampung ini.
Pewarta: Budisantoso/Raharja
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: