Habitat elang dan lutung di Semeru ikut terbakar
24 Oktober 2015 10:50 WIB
Sejumlah relawan menggotong Dwale, Lutung Jawa (Trachypithecus Auratus) betina yang merupakan hasil pengembangbiakan taman satwa Port Lympne-Inggris untuk dilepasliarkan bersama kelompoknya di Javan Langur Centre, Coban Talun, Batu, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Lumajang (ANTARA News) - Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ayu Dewi Utari mengatakan habitat elang jawa dan lutung jawa yang berada di Gunung Semeru (3.676 mdpl) ikut terbakar dalam kebakaran yang melanda kawasan TNBTS tersebut.
"Di lokasi kebakaran hutan Semeru terdapat habitat lutung jawa, elang jawa, bahkan dikabarkan macan tutul juga habitatnya di sana, namun hingga kini petugas tidak menemukan bangkai satwa liar yang dilindungi itu," kata Ayu saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu.
Hutan lindung di Blok Watu Rejeng yang berada di lereng Gunung Semeru terbakar sejak Selasa (20/10) dan hingga Sabtu pagi, api belum berhasil dipadamkan.
Lokasi kebakaran tersebut berada antara pos pendakian dua hingga tiga dengan total hutan seluas 25 hektare yang hangus terbakar akibat ulah pendaki yang ceroboh dengan menyalakan api unggun.
Ia memprediksi sejumlah satwa liar tersebut dapat menyelamatkan diri dari kobaran api karena petugas tidak menemukan bangkai hewan di beberapa titik kebakaran yang berhasil dipadamkan petugas.
"Tim gabungan dari petugas TNBTS, masyarakat peduli api (MPA), anggota TNI, petugas BPBD Lumajang, dan sukarelawan berusaha memadamkan sejumlah titik api yang semakin meluas di gunung tertinggi Pulau Jawa itu," tuturnya.
Ayu berharap kebakaran hutan di kawasan TNBTS yang mencapai 25 hektare itu tidak mengganggu kelangsungan hidup satwa liar yang berada di dalamnya, namun untuk tanaman endemis di kawasan tersebut dipastikan hangus terbakar.
"Petugas terus bergerak cepat memadamkan sejumlah titik api, agar tidak menjalar ke lokasi lain karena embusan angin yang cukup kencang dan tanaman yang kering akan memicu kebakaran semakin meluas," paparnya.
Sementara Komandan Rayon Militer Senduro Kapten Infanteri Abdul Muntholib mengatakan petugas di lapangan kesulitan memadamkan api karena titik api berada pada kemiringan mencapai 70 derajat.
"Dengan kondisi medan yang cukup sulit, kami harus berhati-hati untuk memadamkan api, agar tidak menjadi korban dalam upaya pemadaman kobaran api Gunung Semeru," tuturnya.
Upaya pemadaman dilakukan dengan cara manual dan penyekatan untuk mengisolasi lahan yang terbakar tidak meluas ke areal lain.
"Di lokasi kebakaran hutan Semeru terdapat habitat lutung jawa, elang jawa, bahkan dikabarkan macan tutul juga habitatnya di sana, namun hingga kini petugas tidak menemukan bangkai satwa liar yang dilindungi itu," kata Ayu saat dihubungi dari Lumajang, Sabtu.
Hutan lindung di Blok Watu Rejeng yang berada di lereng Gunung Semeru terbakar sejak Selasa (20/10) dan hingga Sabtu pagi, api belum berhasil dipadamkan.
Lokasi kebakaran tersebut berada antara pos pendakian dua hingga tiga dengan total hutan seluas 25 hektare yang hangus terbakar akibat ulah pendaki yang ceroboh dengan menyalakan api unggun.
Ia memprediksi sejumlah satwa liar tersebut dapat menyelamatkan diri dari kobaran api karena petugas tidak menemukan bangkai hewan di beberapa titik kebakaran yang berhasil dipadamkan petugas.
"Tim gabungan dari petugas TNBTS, masyarakat peduli api (MPA), anggota TNI, petugas BPBD Lumajang, dan sukarelawan berusaha memadamkan sejumlah titik api yang semakin meluas di gunung tertinggi Pulau Jawa itu," tuturnya.
Ayu berharap kebakaran hutan di kawasan TNBTS yang mencapai 25 hektare itu tidak mengganggu kelangsungan hidup satwa liar yang berada di dalamnya, namun untuk tanaman endemis di kawasan tersebut dipastikan hangus terbakar.
"Petugas terus bergerak cepat memadamkan sejumlah titik api, agar tidak menjalar ke lokasi lain karena embusan angin yang cukup kencang dan tanaman yang kering akan memicu kebakaran semakin meluas," paparnya.
Sementara Komandan Rayon Militer Senduro Kapten Infanteri Abdul Muntholib mengatakan petugas di lapangan kesulitan memadamkan api karena titik api berada pada kemiringan mencapai 70 derajat.
"Dengan kondisi medan yang cukup sulit, kami harus berhati-hati untuk memadamkan api, agar tidak menjadi korban dalam upaya pemadaman kobaran api Gunung Semeru," tuturnya.
Upaya pemadaman dilakukan dengan cara manual dan penyekatan untuk mengisolasi lahan yang terbakar tidak meluas ke areal lain.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: