Moskow (ANTARA News) - Gedung Putih mengecam keras karpet merah selamat datang dari Rusia saat menyambut kedatangan Presiden Suriah Bashar al-Assad, seraya menuduh Moskow menunda kemajuan transisi politik dengan menyokong orang kuat Suriah itu.

Assad bertemu dengan Vladimir Putin di Moscow Selasa waktu setempat dan berterimakasih kepada Putin karena telah melancarkan serangan udara kepada lawan-lawannya di Suriah. Kedua negara sepakat langkah politik harus diikuti dengan operasi militer.

Deputi Sekretaris Gedung Putih Eric Schultz mengatakan AS memandang "karpet merah selamat datang kepada Assad, yang menggunakan senjata kimia untuk melawan rakyatanya sendiri, terasa aneh dari tujuan yang sudah dinyatakan Rusia untuk transisi politik di Suriah."

"Aksi Moskow di negara Timur Tengah yang dicabik perang itu kontraproduktif," sambung dia.

Saat dikunjungi Assad itu Putin menjabarkan bahwa Suriah mesti menentukan nasibnya sendiri, padahal sikap ini berseberangan dengan AS dan sekutunya yang menganggap Assad mesti mundur dalam kerangka penyelesaian perdamaian apa pun.

"Berdasarkan pada hasil-hasil positif dalam operasi militer pada akhirnya penyelesaian jangka panjang bisa dicapai pada landasan proses politik dengan partisipasi semua kekuatan politik, etnis dan kelompok agama," kata Putin.

Rusia kemudian mengumumkan bahwa Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Turki serta Arab Saudi Jumat esok untuk membahas Suriah.

Assad, yang terakhir mengunjungi Rusia pada 2008, berkata kepada Putin bahwa serangan udara Rusia selama tiga pekan telah membantu menghentikan menyebarnya terorisme di negaranya.

Serangan udara itu dilaporkan telah menewaskan 370 orang yang sepertiganya adalah warga sipil, demikian AFP.