Kebakaran hutan Gunung Lawu mendekati permukiman warga
22 Oktober 2015 19:50 WIB
Pengendalian Kebakaran Lawu Sejumlah orang membuat ilaran (sekat bakar) untuk mencegah meluasnya api di kawasan hutan Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur, Kamis (22/10). Puluhan orang dari unsur TNI, petugas Perhutani, mahasiswa pecinta alam dan warga berusaha mencegah meluasnya kebakaran Gunung Lawu yang hingga saat ini belum padam. (ANTARA FOTO/Siswowidodo) ()
Magetan (ANTARA News) - Perum Perhutani KPH Lawu dan Sekitarnya (Lawu Ds) menyebutkan bahwa kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu, jalur pendakian Cemoro Sewu, Plaosan, Magetan, Jawa Timur, hingga kini belum dapat dipadamkan, bahkan membesar dan mendekati permukiman warga.
Kepala Resor Polisi Hutan Sarangan, KPH Lawu Ds, Kholil, di Magetan, Kamis, mengatakan kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu saat ini sudah mencapai di bawah pos satu jalur pendakian Cemoro Sewu yang berjarak sekitar 1 kilometer dari jalan raya dan 2 kilometer dari permukiman warga.
"Titik api terus menjalar ke bawah mendekati permukiman warga. Untuk itu tim SAR gabungan masih terus berupaya memadamkan api," ujar Kholil, kepada wartawan.
Menurut dia, untuk memadamkan api, tim SAR dibantu warga setempat membuat ilaran agar api tidak terus meluas ke jalan dan rumah warga.
Pihaknya kesulitan melakukan pemadaman langsung ke titik api karena api dengan cepat membesar akibat tiupan angin kencang dan kondisi semak yang kering.
"Untuk itu, kami membuat ilaran agar api tidak melewati batas ilaran tersebut dan diharapkan dapat padam dengan sendirinya," katanya.
Tidak hanya membuat ilaran, tim SAR gabungan juga bersiaga di lokasi untuk mengawasi gerak api agar tidak melewati ilaran. Dengan batang pohon, petugas memadamkan api yang merambat melewati ilaran.
Ia menambahkan, selain angin yang kencang, kondisi lahan terbakar yang curam membuat para personel dari Perhutani tidak bisa mendekati titik api untuk memadamkannya.
Hingga saat ini jalur pendakian Gunung Lawu, baik yang melalui Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, masih ditutup untuk umum. Hal itu untuk menjaga keselamatan para pendaki dari ancaman kebakaran hutan. Upaya pemadaman masih terus dilakukan tim gabungan.
Sebelumnya, pada 18 Oktober lalu, sebanyak sembilan pendaki terjebak kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu hingga mengakibatkan tujuh orang di antaranya tewas dan dua lainnya kritis.
Kepala Resor Polisi Hutan Sarangan, KPH Lawu Ds, Kholil, di Magetan, Kamis, mengatakan kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu saat ini sudah mencapai di bawah pos satu jalur pendakian Cemoro Sewu yang berjarak sekitar 1 kilometer dari jalan raya dan 2 kilometer dari permukiman warga.
"Titik api terus menjalar ke bawah mendekati permukiman warga. Untuk itu tim SAR gabungan masih terus berupaya memadamkan api," ujar Kholil, kepada wartawan.
Menurut dia, untuk memadamkan api, tim SAR dibantu warga setempat membuat ilaran agar api tidak terus meluas ke jalan dan rumah warga.
Pihaknya kesulitan melakukan pemadaman langsung ke titik api karena api dengan cepat membesar akibat tiupan angin kencang dan kondisi semak yang kering.
"Untuk itu, kami membuat ilaran agar api tidak melewati batas ilaran tersebut dan diharapkan dapat padam dengan sendirinya," katanya.
Tidak hanya membuat ilaran, tim SAR gabungan juga bersiaga di lokasi untuk mengawasi gerak api agar tidak melewati ilaran. Dengan batang pohon, petugas memadamkan api yang merambat melewati ilaran.
Ia menambahkan, selain angin yang kencang, kondisi lahan terbakar yang curam membuat para personel dari Perhutani tidak bisa mendekati titik api untuk memadamkannya.
Hingga saat ini jalur pendakian Gunung Lawu, baik yang melalui Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, masih ditutup untuk umum. Hal itu untuk menjaga keselamatan para pendaki dari ancaman kebakaran hutan. Upaya pemadaman masih terus dilakukan tim gabungan.
Sebelumnya, pada 18 Oktober lalu, sebanyak sembilan pendaki terjebak kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu hingga mengakibatkan tujuh orang di antaranya tewas dan dua lainnya kritis.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo/ Louis Rika
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: