Belajar tulis Alquran meriahkan peringatan Hari Santri
22 Oktober 2015 17:18 WIB
Sejumlah siswa Muhammadiyah melakukan pawai peringatan Hari Santri Nasional di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (22/10). Pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Bandung (ANTARA News) - Ratusan umat muslim dari berbagai pondok pesantren dan masyarakat umum Kabupaten Garut, Jawa Barat, memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional dengan menggelar kegiatan belajar bersama menulis ayat suci Alquran di Gedung Pendopo, Garut, Kamis.
Ketua Panitia Belajar Menulis Alquran, Ustad Dadang Irfan mengatakan, kegiatan menulis Alquran melibatkan tiga ratusan orang itu merupakan upaya memperdalam ajaran Islam dalam rangkaian memperingati Hari Santri Nasional tingkat Garut.
"Sebanyak 300 orang dari instansi pemerintah, pondok pesantren dan masyarakat Kabupaten Garut memperingati Hari Santri Nasional dengan belajar menulis Alquran," katanya.
Ia menuturkan, belajar menulis kitab suci itu menggunakan metode follow the line yakni dengan cara menebalkan huruf Alquran.
Metode yang dikenalkan oleh Pesantren Suryalaya, Kabupaten Tasikmalaya itu, kata dia, bermanfaat untuk membimbing anak-anak untuk cepat mampu menulis Alquran.
"Kalau tidak menggunakan metode follow the line maka akan sangat lambat bagi anak-anak untuk bisa menulis Alquran," katanya.
Ia menambahkan, setelah sering menulis menggunakan metode itu, selanjutnya akan dipindahkan ke buku biasa untuk belajar ke tahapan melancarkan menulis Alquran.
Menurut dia, motode menulis itu dapat mendorong umat muslim untuk rajin membaca ayat suci Alquran.
"Kalau menulis yakin membaca, tidak terlalu lama penerapannya untuk anak-anak juga, tiga hari sudah paham metode ini," katanya.
Seorang peserta asal Kecamatan Cibalong, Abdalloh (45) mengatakan, belajar motode penulisan Alquran itu tidak mudah mempraktikannya, meskipun hanya sekedar menebalkan huruf Alquran.
"Sekilas terlihat mudah, tapi setelah dicoba sulit juga," katanya.
Menurut dia, melatih menulis Alquran merupakan cara sekaligus belajar membaca Alquran.
Selain itu, lanjut dia, melatih kesabaran, ketekunan, pernafasan dan konsentrasi ketika menulis kembali alquran.
"Kalau nafasnya tak diatur nanti bisa keluar garis, nafas itu juga bisa melatih ke konsentrasi," katanya.
Ketua Panitia Belajar Menulis Alquran, Ustad Dadang Irfan mengatakan, kegiatan menulis Alquran melibatkan tiga ratusan orang itu merupakan upaya memperdalam ajaran Islam dalam rangkaian memperingati Hari Santri Nasional tingkat Garut.
"Sebanyak 300 orang dari instansi pemerintah, pondok pesantren dan masyarakat Kabupaten Garut memperingati Hari Santri Nasional dengan belajar menulis Alquran," katanya.
Ia menuturkan, belajar menulis kitab suci itu menggunakan metode follow the line yakni dengan cara menebalkan huruf Alquran.
Metode yang dikenalkan oleh Pesantren Suryalaya, Kabupaten Tasikmalaya itu, kata dia, bermanfaat untuk membimbing anak-anak untuk cepat mampu menulis Alquran.
"Kalau tidak menggunakan metode follow the line maka akan sangat lambat bagi anak-anak untuk bisa menulis Alquran," katanya.
Ia menambahkan, setelah sering menulis menggunakan metode itu, selanjutnya akan dipindahkan ke buku biasa untuk belajar ke tahapan melancarkan menulis Alquran.
Menurut dia, motode menulis itu dapat mendorong umat muslim untuk rajin membaca ayat suci Alquran.
"Kalau menulis yakin membaca, tidak terlalu lama penerapannya untuk anak-anak juga, tiga hari sudah paham metode ini," katanya.
Seorang peserta asal Kecamatan Cibalong, Abdalloh (45) mengatakan, belajar motode penulisan Alquran itu tidak mudah mempraktikannya, meskipun hanya sekedar menebalkan huruf Alquran.
"Sekilas terlihat mudah, tapi setelah dicoba sulit juga," katanya.
Menurut dia, melatih menulis Alquran merupakan cara sekaligus belajar membaca Alquran.
Selain itu, lanjut dia, melatih kesabaran, ketekunan, pernafasan dan konsentrasi ketika menulis kembali alquran.
"Kalau nafasnya tak diatur nanti bisa keluar garis, nafas itu juga bisa melatih ke konsentrasi," katanya.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: