Karanganyar (ANTARA News) - Candi Ceto di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang merupakan peninggalan zaman Hindu dari Kerajaan Majapahit, hingga saat ini tetap menjadi tujuan wisata favorit, baik turis nusantara maupun mancanegara.

Koordinator Pengelola Objek Wisata Candi Ceto Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karanganyar Sunardi, di Karanganyar, Rabu, mengatakan jumlah wisatawan, baik domestik maupun asing, ke Candi Ceto di Desa Ceto, Kecamatan Jenawi itu, rata-rata 6.000 orang per bulan.

Candi Ceto yang berlokasi di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian sekitar 1.496 meter di atas permukaan laut itu, selalu ramai dikunjung wisatawa, terutama pada Sabtu dan Minggu.

"Wisatawan asing yang datang ke Candi Ceto rata-rata sekitar 300 orang per bulan," kata Sunardi.

Dia mengatakan banyaknya wisatawan yang berkunjung di Candi Ceto tersebut, menyebabkan hasil penarikan retribusi tiket masuk hingga saat ini sudah melebihi target pada 2015.

"Kami diberikan target hasil penarikan retribusi pengunjung Candi Ceto tahun ini sebesar Rp85 juta. Namun, realiasasi hingga September sudah melebihi target, yakni Rp105 juta," katanya.

Ia mengatakan wisnus ke Candi Ceto ditarik tiket Rp3.000 per orang, sedangkan wisman Rp10.000.

Pemerintah Kabupaten Karanganyar rencananya menaikkan restribusi tiket masuk Candi Ceto mulai awal 2016 menjadi Rp7.000 per orang untuk domestik dan Rp25 ribu/orang untuk wisatawan asing.

Hasil penarikan retribusi tiket masuk Candi Ceto pada 2014 mencapai Rp60 juta, sedangkan dibanding tahun ini mengalami peningkatan Rp25 juta.

Menyingung soal pembangunan fasilitas umum di lokasi candi, Sunardi mengatakan pemda tahun ini, hanya memperbaiki akses jalan menuju ke lokasi sepanjang satu kilometer.

"Akses jalan menuju lokasi candi kondisinya sudah bagus sehingga memudahkan transportasi pengunjung," katanya.

Dia menjelaskan objek wisata Candi Ceto hingga sekarang masih dipergunakan sebagai tempat pemujaan, khususnya warga lokal yang beragama Hindu.

Warga yang menganut kepercayaan kejawen juga menggunakan Candi Ceto sebagai tempat bertapa. Candi itu pada zaman Kerajaan Majapahit telah dipergunakan sebagai tempat pertapaan Raja Brawijaya V.

Pengunjung objek wisata bersejarah tersebut disuguhi arsitektur indah dari gapura Candi Cetho. Candi tersebut memiliki sembilan tingkatan dan setiap tingkatan menyajikan arsitektur peninggalan bersejarah yang indah serta menyimpan banyak arti.

Pengunjung akan mendapati arca-arca di sekitar candi dan gapura sebagai penjaga. Setelah melewati tingkatan pertama dan gapura maka pengunjung menuju ke halaman utama candi berupa taman besar.

Saat memasuki tingkatan ketiga, terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, yang merupakan leluhur Dusun Ceto.

Memasuki tingkatan berikutnya hingga kesembilan, pengunjung dapat melihat berbagai macam simbol bersejarah, tatanan atau susunan batu, dan arca dari Raja Brawijaya V.

"Setelah di puncak candi atau bagian atas candi, maka terdapat bangunan yang digunakan sebagai tempat menyucikan diri pada zaman dahulu," katanya.

Menurut dia, banyaknya pengunjung di Candi Ceto karena juga banyak digelar kegiatan atau acara, baik keagamaan maupun adat warga setempat.

"Candi Ceto memang ada sebanyak 16 event per tahun. Acara keagamaan seperti Galungan, Hari Raya Nyepi, dan upacara adat, sehingga banyak dikunjungi wisatawan," katanya.