Pakar: relaksasi penting saat lakukan perjalanan jauh
20 Oktober 2015 18:07 WIB
ilustrasi--Ratusan siswa melakukan senam warkop untuk relaksasi saat jeda istirahat seusai mengerjakan soal ujian nasional (Unas) pada jam pertama di halaman MAN Jombang, Jawa Timur, Selasa (16/4). Relaksasi senam warkop itu dilakukan agar siswa tidak tegang dan mengurangi kantuk saat mengerjakan soal ujian nasional. (FOTO ANTARA/Syaiful Arif)
Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat yang melakukan perjalanan jauh penting untuk melakukan relaksasi guna menghindari trombosis atau pembekuan darah di dalam pembuluh.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia (PTHI) Prof. Dr. dr. Karmel Lidow Tambunan, Sp.PD-KHOM, SACTH dalam sebuah diskusi bertema "World Thrombosis Day" di Jakarta, Selasa.
"Jika tidak menggerakkan badan maka akan berisiko trombosis di pembuluh bali (vena)," ujar Profesor Karmel.
Oleh karena itu, kalau bepergian, misalnya dengan pesawat, maka disarankan melakukan peregangan-peregangan selama kurang lebih tiga menit.
Karmel bercerita tentang teman sejawatnya meninggal dunia beberapa jam setelah jatuh pingsan di begitu tiba di bandara ketika melancong ke Amerika Serikat.
Sahabatnya ini kemudian diketahui mengalami pulomonary embolism (PE), trombosis yang menyumbat peredaran darah di paru-paru. PE merupakan salah satu dampak dari trombosis vena (venous thromboembolism-VTE), setelah duduk selama 12 jam tanpa melakukan peregangan yang berarti di dalam kabin.
Pergerakan atau relaksasi menurut Guru Besar Universitas Indonesia ini memang efektif untuk mencegah pembekuan darah dalam pembuluh.
Nonstop konsol game
Pernah juga ditemukan kasus seorang anak berumur 20 tahun di Inggris yang meninggal dunia secara tiba-tiba usai bermain konsol game selama 12 jam nonstop. PE menjadi penyebab terjadinya peristiwa pada tahun 2011 ini.
Sementara dalam kesempatan sama ahli Hematologi dan Onkologi Medik RSCM Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, FINASIM, mengatakan relaksasi harus dilakukan setelah tidak bergerak selama 90 menit.
Pembekuan darah sendiri bisa terjadi di pembuluh nadi (arteri) yang dapat menyebabkan serangan stroke serta penyakit jantung iskemia dan pembuluh balik (vena).
Trombosis dalam pembuluh vena disebut dengan trombo emboli vena atau VTE (Venous Thrombo Embolism), yang akan menyebabkan "deep vein thrombosis" (DVT) yaitu penyumbatan pembuluh darah lazimnya terjadi di kaki.
Jika DVT tidak segera ditangani maka dapat terjadi "pulmonari embolism" (PE) atau emboli paru yang menyebabkan sesak napas hingga kematian.
Sayangnya, seperti kata Karmel, mengatakan DVT dan PE, sama seperti semua trombosis,hampir tidak menimbulkan gejala.
Namun jika bagian kaki mengalami sakit, maka bengkak (di salah satu kaki bukan keduanya), kemerahan, pelebaran pembuluh vena di kulit dan kulit terasa hangat bila diraba, ada kemungkinan pasien mengalami DVT.
"Gejala PE bisa ditunjukkan dengan sesak, nyeri dada (terutama jika menarik napas), detak jantung cepat, batuk darah dan kehilangan kesadaran," ujar Karmel.
Dalam kesempatan yang sama, ahli hematologi dan onkologi Medik RSCM Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, menyarankan agar relaksasi dilakukan setelah minimal 90 menit perjalanan.
Gerakan bisa dilakukan sambil berdiri maupun duduk, dapat dengan memutar-mutar pergelangan kaki, menggerakkan tumit, leher maupun bahu.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia (PTHI) Prof. Dr. dr. Karmel Lidow Tambunan, Sp.PD-KHOM, SACTH dalam sebuah diskusi bertema "World Thrombosis Day" di Jakarta, Selasa.
"Jika tidak menggerakkan badan maka akan berisiko trombosis di pembuluh bali (vena)," ujar Profesor Karmel.
Oleh karena itu, kalau bepergian, misalnya dengan pesawat, maka disarankan melakukan peregangan-peregangan selama kurang lebih tiga menit.
Karmel bercerita tentang teman sejawatnya meninggal dunia beberapa jam setelah jatuh pingsan di begitu tiba di bandara ketika melancong ke Amerika Serikat.
Sahabatnya ini kemudian diketahui mengalami pulomonary embolism (PE), trombosis yang menyumbat peredaran darah di paru-paru. PE merupakan salah satu dampak dari trombosis vena (venous thromboembolism-VTE), setelah duduk selama 12 jam tanpa melakukan peregangan yang berarti di dalam kabin.
Pergerakan atau relaksasi menurut Guru Besar Universitas Indonesia ini memang efektif untuk mencegah pembekuan darah dalam pembuluh.
Nonstop konsol game
Pernah juga ditemukan kasus seorang anak berumur 20 tahun di Inggris yang meninggal dunia secara tiba-tiba usai bermain konsol game selama 12 jam nonstop. PE menjadi penyebab terjadinya peristiwa pada tahun 2011 ini.
Sementara dalam kesempatan sama ahli Hematologi dan Onkologi Medik RSCM Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, FINASIM, mengatakan relaksasi harus dilakukan setelah tidak bergerak selama 90 menit.
Pembekuan darah sendiri bisa terjadi di pembuluh nadi (arteri) yang dapat menyebabkan serangan stroke serta penyakit jantung iskemia dan pembuluh balik (vena).
Trombosis dalam pembuluh vena disebut dengan trombo emboli vena atau VTE (Venous Thrombo Embolism), yang akan menyebabkan "deep vein thrombosis" (DVT) yaitu penyumbatan pembuluh darah lazimnya terjadi di kaki.
Jika DVT tidak segera ditangani maka dapat terjadi "pulmonari embolism" (PE) atau emboli paru yang menyebabkan sesak napas hingga kematian.
Sayangnya, seperti kata Karmel, mengatakan DVT dan PE, sama seperti semua trombosis,hampir tidak menimbulkan gejala.
Namun jika bagian kaki mengalami sakit, maka bengkak (di salah satu kaki bukan keduanya), kemerahan, pelebaran pembuluh vena di kulit dan kulit terasa hangat bila diraba, ada kemungkinan pasien mengalami DVT.
"Gejala PE bisa ditunjukkan dengan sesak, nyeri dada (terutama jika menarik napas), detak jantung cepat, batuk darah dan kehilangan kesadaran," ujar Karmel.
Dalam kesempatan yang sama, ahli hematologi dan onkologi Medik RSCM Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, menyarankan agar relaksasi dilakukan setelah minimal 90 menit perjalanan.
Gerakan bisa dilakukan sambil berdiri maupun duduk, dapat dengan memutar-mutar pergelangan kaki, menggerakkan tumit, leher maupun bahu.
Pewarta: Michael TA
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: