Malaysia kecam provokasi China di Laut China Selatan
18 Oktober 2015 16:08 WIB
Dokumentasi seorang pengunjuk rasa mengangkat kaus merah dengan bintang kuning yang melambangkan bendera Vietnam sambil meneriakkan yel-yel anti China bersama pengunjuk rasa lainnya saat aksi di sekitar danau Hoan Kiem, Hanoi, Vietnam, Minggu (24/7). Amerika Serikat menyatakan, China dan Asia Tenggara harus segera menyelesaikan pembuatan kode etik untuk Laut China Selatan, daerah yang memiliki kekayaan minyak yang potensial. (REUTERS/Peter Ng)
Beijing (ANTARA News) - Malaysia keberatan dengan pembangunan di pulau di wilayah sengketa Laut China Selatan oleh Beijing, sekaligus menyatakan itu adalah provokasi tidak beralasan.
, kata kepala angkatan bersenjata Malaysia pada Minggu, menanggapi pernyataan negara yang mengakui perairan tersebut.
"Saya ingin menyampaikan masalah tentang provokasi tidak beralasan, yang dilakukan China melalui pembangunan pulau permukiman di Laut China Selatan," kata Kepala Angkatan Bersenjata Malaysia, Jenderal Zulkefli Mohd Zin, dalam temu keamanan di Beijing.
China belakangan berinisiatif mengajak ASEAN bersama-sama berpatroli di perairan Laut China Selatan sebagai respons atas langkah Amerika Serikat menghadirkan kembali kapal-kapal perangnya di sana.
Langkah Beijing pada tahun lalu dalam membangun pulau buatan, yang disebut-sebut demi tujuan masyarakat, juga menuai kecaman keras Washington.
Zulkefli mengatakan, China memastikan pekerjaan bangunan mereka juga untuk kepentingan sipil, penelitian laut, dan membantu pelayaran aman kapal pelintas wilayah tersebut.
"Waktu akan menunjukkan apakah niat China sebenarnya. Sementara itu, kita harus menerima alasan-alasan yang diberikan China tentang tujuan pembangunan pulau-pulau ini. Saya berharap pekerjaan ini ditujukan untuk kebaikan umat manusia," katanya.
Hubungan China dengan beberapa negara ASEAN, terutama Filipina dan Vietnam, yang juga bersaing dalam kepemilikan Laut China Selatan, kian menegang karena ketegasan Beijing di wilayah yang dilewati kapal-kapal dagang dan berpotensi menghasilkan 5 triliun dolar Amerika Serikat per tahun itu.
Dengan penduduk lebih dari 1,2 miliar jiwa, China jelas sangat memerlukan ruang dan sumber daya untuk kepentingan nasionalnya, termasuk memelihara tingkat pertumbuhan ekonominya. Jika ada krisis ekonomi di negara berpenduduk paling banyak di dunia itu, sangat menyulitkan pemerintahan komunis China.
Malaysia secara umum menerapkan garis batas dengan Beijing di Laut China Selatan, tidak seperti Vietnam dan Filipina, yang mencerca upaya ekspansionisme China.
Namun, dua pelatihan Angkatan Laut China secara berurutan dilaksanakan di sekitar James Shoal, yang termasuk zona ekonomi eksklusif Malaysia, membuat Kualalumpur meminta Beijing mengubah pendekatan mereka, tutur beberapa diplomat senior pada Reuters.
Pada awal bulan ini, China menyatakan telah menyelesaikan mercusuar di Cuarteron Reef dan Johnson South Reef yang terletak di Kepulauan Spratly, untuk membantu penelitian dan penyelamatan maritim, keamanan navigasi, serta pemulihan bencana.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Liu Zhenmin, dalam forum militer yang sama, Sabtu lalu, menuturkan bahwa mercusuar tersebut akan sangat membantu keamanan di Laut China Selatan.
China akan terus membangun sarana serupa, kata dia, tanpa merinci.
, kata kepala angkatan bersenjata Malaysia pada Minggu, menanggapi pernyataan negara yang mengakui perairan tersebut.
"Saya ingin menyampaikan masalah tentang provokasi tidak beralasan, yang dilakukan China melalui pembangunan pulau permukiman di Laut China Selatan," kata Kepala Angkatan Bersenjata Malaysia, Jenderal Zulkefli Mohd Zin, dalam temu keamanan di Beijing.
China belakangan berinisiatif mengajak ASEAN bersama-sama berpatroli di perairan Laut China Selatan sebagai respons atas langkah Amerika Serikat menghadirkan kembali kapal-kapal perangnya di sana.
Langkah Beijing pada tahun lalu dalam membangun pulau buatan, yang disebut-sebut demi tujuan masyarakat, juga menuai kecaman keras Washington.
Zulkefli mengatakan, China memastikan pekerjaan bangunan mereka juga untuk kepentingan sipil, penelitian laut, dan membantu pelayaran aman kapal pelintas wilayah tersebut.
"Waktu akan menunjukkan apakah niat China sebenarnya. Sementara itu, kita harus menerima alasan-alasan yang diberikan China tentang tujuan pembangunan pulau-pulau ini. Saya berharap pekerjaan ini ditujukan untuk kebaikan umat manusia," katanya.
Hubungan China dengan beberapa negara ASEAN, terutama Filipina dan Vietnam, yang juga bersaing dalam kepemilikan Laut China Selatan, kian menegang karena ketegasan Beijing di wilayah yang dilewati kapal-kapal dagang dan berpotensi menghasilkan 5 triliun dolar Amerika Serikat per tahun itu.
Dengan penduduk lebih dari 1,2 miliar jiwa, China jelas sangat memerlukan ruang dan sumber daya untuk kepentingan nasionalnya, termasuk memelihara tingkat pertumbuhan ekonominya. Jika ada krisis ekonomi di negara berpenduduk paling banyak di dunia itu, sangat menyulitkan pemerintahan komunis China.
Malaysia secara umum menerapkan garis batas dengan Beijing di Laut China Selatan, tidak seperti Vietnam dan Filipina, yang mencerca upaya ekspansionisme China.
Namun, dua pelatihan Angkatan Laut China secara berurutan dilaksanakan di sekitar James Shoal, yang termasuk zona ekonomi eksklusif Malaysia, membuat Kualalumpur meminta Beijing mengubah pendekatan mereka, tutur beberapa diplomat senior pada Reuters.
Pada awal bulan ini, China menyatakan telah menyelesaikan mercusuar di Cuarteron Reef dan Johnson South Reef yang terletak di Kepulauan Spratly, untuk membantu penelitian dan penyelamatan maritim, keamanan navigasi, serta pemulihan bencana.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Liu Zhenmin, dalam forum militer yang sama, Sabtu lalu, menuturkan bahwa mercusuar tersebut akan sangat membantu keamanan di Laut China Selatan.
China akan terus membangun sarana serupa, kata dia, tanpa merinci.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: