Jenewa (ANTARA News - Sebanyak dua orang di Jenewa telah terkena virus Ebola setelah dua minggu tidak ada kasus penyakit baru yang terkonfirmasi di Afrika Barat, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat.

Juru Bicara WHO Margaret Harris mengatakan dalam laporan singkat PBB di Jenewa bahwa satu kasus tersebut terdapat di bagian barat Guinea dan tampaknya berkaitan dengan infeksi sebelumnya yang berada di ibu kota Conakry.

Penularan Ebola dianggap terjadi sekali di satu daerah dalam kurun waktu 42 hari tanpa kasus baru dari penyakit. Sementara itu, dua negara lain yang paling terdampak parah akibat penyakit menular ini adalah Liberia, yang dinyatakan tertular bebas pada 3 September, dan Sierra Leone, yang telah menghitung mundur 22 hari sampai bersih dari Ebola.

Wabah terburuk dalam sejarah ini sebagian besar telah berhenti setelah menewaskan lebih dari 11 ribu orang.

Namun WHO telah berulang kali memperingatkan dengan asumsi awal bahwa wabah ini bisa muncul lagi sampai lebih dari 42 hari.

"Kita terus membicarakan risiko tinggi akan terulang. Tentu saja kami tidak ingin itu terjadi namun kami sudah menduganya. Wabah di Guinea tidak akan sampai seperti yang kami perkirakan pada 42 hari," kata Harris.

Bahkan setelah periode 42 hari, Ebola mungkin bersembunyi di tengah populasi.

Sebuah penelitian bulan ini menunjukkan air mani dari korban selamat bisa bertahan selama sembilan bulan ketika seorang perawat asal Inggris kembali kritis selam 10 bulan setelah pulih dari Ebola.

Peralatan medis untuk menangani Ebola telah diperbarui dalam beberapa bulan terakhir dengan keberhasilan vaksin percobaan yang sekarang digunakan untuk mengobati setiap kasus baru dan kontak yang mungkin berisiko terkena virus yang sangat menular.

Namun, Harris mengatakan bahwa vaksin percobaan tersebut berakhir pada pertengahan November yang berpotensi memunculkan tanda tanya atas penggunaan vaksin setelah kurun waktu tersebut.