Denny JA berharap lebih banyak buku tentang isu diskriminasi
16 Oktober 2015 20:06 WIB
Tokoh pegiat antidiskriminasi Indonesia Denny JA diwawancari Andea Scmith, yang bekerja untuk jaringan radio dan media Frankfurt dalam momen Frankfurt Book Fair dimana Indonesia menjadi tamu kehormatan, di Frankfurt, Jerman, Kamis. (istimewa)
Jakarta (ANTARA News) - Publik memerlukan lebih banyak buku tentang isu diskriminasi karena tak diduga, berdasarkan studi dari Pew Research Center 2015 di 198 negara, level diskriminasi di dunia, terutama soal isu agama, justru meningkat, kata pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat, Denny mengemukakan hal itu ketika diwawancarai Andrea Scmith, mewakili jaringan radio dan media Frankfurt, Jerman Kamis malam (15/10) atau di hari pertama "Frankfurt Book Fair".
Wawancara dilakukan menyambut akan dilakukannya diskusi Buku Denny JA, Sapu Tangan Fang Yin, yang ikut meramaikan momen Book Fair Frankfurt itu. Indonesia menjadi tamu kehormatan dalam pameran buku terbesar dunia dan sudah berlangsung sejak 200 tahun lalu.
Buku Denny JA tentang kisah cinta dengan latar belakang kerusahan rasial Tragedi Mei 1998 diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Jerman, di Juli 2015 menjadi best seller no 1 di Kindle Book Store Amazon.com. Untuk pertama kalinya buku anak Indonesia menjadi best seller no 1 di toko online terbesar di dunia.
Denny JA yang dikenal tokoh antidiskriminasi Indonesia itu menyakatan, terjadi peningkatan level diskriminasi di dunia dari yang melibatkan 20 persen negara (di tahun 2007), meningkat menjadi 29 persen negara (di tahun 2011), menjadi 33 persen negara (di tahun 2012).
Populasi dunia yang hidup di negara yang melakukan tindakan diskriminasi dalam level tingkat tinggi juga bertambah, dari 45 persen di tahun 2007, menjadi 52 persen di tahun 2011, dan naik lagi menjadi 74 persen di tahun 2012.
Berdasarkan riset itu, mayaoritas penduduk dunia kini hidup dalam lingkungan sosial yang saling melakukan diskriminasi terutama untuk isu agama, ujar Denny JA.
Ketika ditanya seberapa besar efek sebuah buku apalagi puisi terhadap perjuangan diskriminasi, Denny JA menyatakan bahwa karya seni dapat lebih menyentuh hati publik luas.
Dia mencontohkan gerakan anti rasial kulit hitam di Amerika Serikat yang dipimpin oleh Martin Luther King tahun 1960an. Gerakan sosial itu juga diromantisir oleh aneka puisi yang ditulis oleh penyair seperti Lingstones Hughes, dan musik Joan Baez yang menyanyikan we shall overcome. Puisi dan lagu itu mewarnai demo anti rasial di sana dan ikut membawa perubahan dengan Barack Obama dari kulit hitam kini menjadi presiden di sana.
"Politisi membuat kebijakan publik. Tapi intelektual dan penyair memberikan inspirasi lewat buku- buku dan karya seninya," demikian Denny JA.
Dalam keterangan tertulisnya, Jumat, Denny mengemukakan hal itu ketika diwawancarai Andrea Scmith, mewakili jaringan radio dan media Frankfurt, Jerman Kamis malam (15/10) atau di hari pertama "Frankfurt Book Fair".
Wawancara dilakukan menyambut akan dilakukannya diskusi Buku Denny JA, Sapu Tangan Fang Yin, yang ikut meramaikan momen Book Fair Frankfurt itu. Indonesia menjadi tamu kehormatan dalam pameran buku terbesar dunia dan sudah berlangsung sejak 200 tahun lalu.
Buku Denny JA tentang kisah cinta dengan latar belakang kerusahan rasial Tragedi Mei 1998 diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Jerman, di Juli 2015 menjadi best seller no 1 di Kindle Book Store Amazon.com. Untuk pertama kalinya buku anak Indonesia menjadi best seller no 1 di toko online terbesar di dunia.
Denny JA yang dikenal tokoh antidiskriminasi Indonesia itu menyakatan, terjadi peningkatan level diskriminasi di dunia dari yang melibatkan 20 persen negara (di tahun 2007), meningkat menjadi 29 persen negara (di tahun 2011), menjadi 33 persen negara (di tahun 2012).
Populasi dunia yang hidup di negara yang melakukan tindakan diskriminasi dalam level tingkat tinggi juga bertambah, dari 45 persen di tahun 2007, menjadi 52 persen di tahun 2011, dan naik lagi menjadi 74 persen di tahun 2012.
Berdasarkan riset itu, mayaoritas penduduk dunia kini hidup dalam lingkungan sosial yang saling melakukan diskriminasi terutama untuk isu agama, ujar Denny JA.
Ketika ditanya seberapa besar efek sebuah buku apalagi puisi terhadap perjuangan diskriminasi, Denny JA menyatakan bahwa karya seni dapat lebih menyentuh hati publik luas.
Dia mencontohkan gerakan anti rasial kulit hitam di Amerika Serikat yang dipimpin oleh Martin Luther King tahun 1960an. Gerakan sosial itu juga diromantisir oleh aneka puisi yang ditulis oleh penyair seperti Lingstones Hughes, dan musik Joan Baez yang menyanyikan we shall overcome. Puisi dan lagu itu mewarnai demo anti rasial di sana dan ikut membawa perubahan dengan Barack Obama dari kulit hitam kini menjadi presiden di sana.
"Politisi membuat kebijakan publik. Tapi intelektual dan penyair memberikan inspirasi lewat buku- buku dan karya seninya," demikian Denny JA.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: