KLH Dumai nyatakan bencana asap belum berakhir
16 Oktober 2015 03:45 WIB
ilustrasi--Pemadaman Kebakaran Lahan Gambut. Sejumlah pekerja PT Bumi Andalas Permai berusaha memadamkan api yang membakar lahan gambut milik Perusahaan tersebut di Districk Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, kamis (15/10/15). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Dumai, Riau (ANTARA News) - Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Dumai Riau Bambang Suriyanto menyatakan bencana asap belum berakhir di daerah ini meski kualitas udara mulai membaik dalam beberapa hari terakhir.
Menurut Bambang di Dumai, Kamis, meski Dumai terpantau nihil titik panas, namun kabut asap bisa saja kembali menyelimuti daerah ini karena di sejumlah daerah masih terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Bencana kabut asap belum berakhir dan bisa saja kembali datang kiriman dari beberapa daerah di Sumatera yang mengalami kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Dia menyebutkan, kualitas udara saat ini semakin membaik meski masih kategori tidak sehat dibanding sebelumnya yang berada di level berbahaya bagi kesehatan.
Pemantauan kualitas udara terus dilakukan pihaknya secara rutin untuk antisipasi dampak buruk asap dengan menggunakan pengukuran alat ISPU milik PT Chevron setempat.
"Kita berharap kondisi udara semakin membaik dan normal serta diharapkan semua pihak untuk terus menjaga lingkungan dan tidak melakukan pembakaran lahan," ungkapnya.
Karena kabut asap mulai berkurang jauh akhirnya para pelajar kembali bersekolah dan melanjutkan pelajaran yang sempat tertinggal akibat kebijakan libur antisipasi kualitas udara memburuk.
Di samping itu, dampak asap juga telah membuat ribuan masyarakat Dumai terserang gangguan infeksi saluran pernafasan atas dan beberapa penyakit lain yang telah ditangani oleh tim medis.
Dinas Kesehatan Dumai merilis jumlah penderita ISPA pada pekan pertama Oktober 2015 mencapai 946 warga akibat bencana kabut asap kebakaran hutan dan lahan.
"Minggu pertama Oktober tercatat 1.082 warga mengalami berbagai sakit akibat bencana asap dan membuat kualitas udara tercemar hingga pada level berbahaya untuk kesehatan," kata Kepala Dinkes Dumai Faisal.
Dia menjelaskan, penanganan medis warga terserang sakit akibat asap ini dilayani di semua pusat kesehatan yang ada dan terbanyak di kecamatan pinggiran, seperti Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai Sembilan.
Menurut Bambang di Dumai, Kamis, meski Dumai terpantau nihil titik panas, namun kabut asap bisa saja kembali menyelimuti daerah ini karena di sejumlah daerah masih terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Bencana kabut asap belum berakhir dan bisa saja kembali datang kiriman dari beberapa daerah di Sumatera yang mengalami kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Dia menyebutkan, kualitas udara saat ini semakin membaik meski masih kategori tidak sehat dibanding sebelumnya yang berada di level berbahaya bagi kesehatan.
Pemantauan kualitas udara terus dilakukan pihaknya secara rutin untuk antisipasi dampak buruk asap dengan menggunakan pengukuran alat ISPU milik PT Chevron setempat.
"Kita berharap kondisi udara semakin membaik dan normal serta diharapkan semua pihak untuk terus menjaga lingkungan dan tidak melakukan pembakaran lahan," ungkapnya.
Karena kabut asap mulai berkurang jauh akhirnya para pelajar kembali bersekolah dan melanjutkan pelajaran yang sempat tertinggal akibat kebijakan libur antisipasi kualitas udara memburuk.
Di samping itu, dampak asap juga telah membuat ribuan masyarakat Dumai terserang gangguan infeksi saluran pernafasan atas dan beberapa penyakit lain yang telah ditangani oleh tim medis.
Dinas Kesehatan Dumai merilis jumlah penderita ISPA pada pekan pertama Oktober 2015 mencapai 946 warga akibat bencana kabut asap kebakaran hutan dan lahan.
"Minggu pertama Oktober tercatat 1.082 warga mengalami berbagai sakit akibat bencana asap dan membuat kualitas udara tercemar hingga pada level berbahaya untuk kesehatan," kata Kepala Dinkes Dumai Faisal.
Dia menjelaskan, penanganan medis warga terserang sakit akibat asap ini dilayani di semua pusat kesehatan yang ada dan terbanyak di kecamatan pinggiran, seperti Bukit Kapur, Medang Kampai dan Sungai Sembilan.
Pewarta: Abdul Razak
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: