Jakarta (ANTARA News) - Mantan pebalap nasional Ananda Mikola mengajak generasi muda membantu pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mencegah ancaman terorisme.

"Sebagai generasi muda, kewajiban kita sekarang adalah bersatu dan berjuang melawan segala macam gangguan, khususnya terorisme, yang mengancam NKRI," ujar pemuda berusia 35 tahun itu di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, cara yang bisa ditempuh salah satunya dengan memperdalam ilmu agama yang benar dan meningkatkan kemampuan ilmu-ilmu lainnya dari jalur akademik.

"Faktor pendidikan ini sangat penting dalam menangkal pengaruh paham kekerasan dan terorisme. Faktanya banyak anak muda yang terpengaruh bahkan bergabung dengan kelompok terorisme karena tidak memiliki standar edukasi yang baik," kata dia.

Di sisi lain, menurut dia, kepada generasi muda perlu terus diberikan pemahaman yang benar tentang bahaya paham kekerasan dan terorisme.

Ananda yang kini menjadi direktur Sirkuit Sentul itu memberikan apresiasi kepada BNPT yang dinilainya konsisten melakukan sosialisasi, baik melalui dialog maupun workshop, ke berbagai lapisan masyarakat, terutama generasi muda.

Sementara itu, BNPT menggelar Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Pemuda Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Kamis.

Sebagaimana dikutip dalam siaran pers, salah satu narasumber dalam dialog itu adalah mantan teroris yang terlibat dalam pembajakan pesawat Garuda Woyla dan Pengeboman Masjid Istiqlal, Ustadz Ismail.

Ismail yang telah tertobat menyatakan penyesalan atas perbuatannya di masa lalu. Ia berharap tidak seorang pun, terutama generasi muda, yang mengikuti jejaknya karena aksi terorisme adalah perbuatan nista.

"Disebut nista karena pada praktik terorisme yang saya lakukan saat itu adalah menggunakan pemahaman keagamaan Islam untuk tindakan tak beradab. Kami sengaja memutarbalikkan fakta untuk memengaruhi orang," jelasnya.

Dia mengisahkan di masa aktif sebagai teroris ia menjadikan anak muda sebagai target utama rekrutmen karena dinilai masih labil namun memiliki semangat tinggi. Kepada mereka diberikan janji-janji manis berupa paket masuk surga asal mau melakukan terorisme.

"Semangat tinggi itulah modal utama kelompok teror untuk melakukan aksi kekerasan," kata dia seraya menyatakan anak muda yang direkrut adalah yang miskin pengetahuan agama.