Peringatan Tahun Baru Islam diwarnai kirab tebokan
15 Oktober 2015 04:16 WIB
ilustrasi--Sepakbola Api Tahun Baru Islam. Sejumlah santri bermain sepak bola api di Pondok Pesantren Az Zuhri, Ketileng, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (13/10). Pertandingan antar santri tersebut dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1437 Hijriyah. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Kudus (ANTARA News) - Peringatan Tahun Baru Islam 1437 Hijriah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diwarnai kirab tebokan oleh masyarakat Kecamatan Kota, Rabu.
Kirab tebokan diikuti puluhan anak-anak, remaja, dan orang tua, yang membawa sesaji berupa makanan jenang, jajan pasar, dan hasil bumi yang diarak mengitari Desa Kaliputu.
Rute perjalanan dimulai dari Jalan Sosrokartono menuju pertigaan Desa Bacin, arah GOR Desa Kaliputu, melintasi Kantor Balai Desa Kaliputu hingga menuju panggung utama di kompleks Makam Keluarga Tjondronegaran yang berjarak 3 kilometer.
Sepanjang rute kirab, warga sudah memadati tepi jalan untuk menyaksikan kirab yang digelar setiap Tahun Baru Islam.
Menurut Penjabat Kepala Desa Kaliputu Paimin saat memberikan sambutan di Kudus, Rabu, kirab tebokan ini merupakan wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan warga Desa Kaliputu di bidang usaha jenang.
Selain itu, lanjut dia, kirab tersebut juga menjadi ajang promosi produk jenang sebagai makanan khas Kudus.
Desa Kaliputu, kata dia, merupakan sentranya produksi jenang khas Kudus tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Sunardi menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat desa setempat yang masih tetap menggelar kirab tebokan.
Hal itu, lanjut dia, menandakan masyarakatnya masih memiliki kekompakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakatnya.
Kirab budaya tersebut sekaligus ajang promosi produk makanan jenang yang dihasilkan masyarakat desa setempat.
Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan bisa meningkatkan tingkat kunjungan wisata ke Desa Kaliputu.
Tebokan merupakan istilah dari bahasa Jawa yang berarti sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa digunakan untuk meletakkan makanan khas sejenis dodol, yakni jenang.
Setelah dikirab, jenang yang dibawa peserta kirab ketika sampai di panggung utama, dilakukan doa yang dipimpin oleh ulama setempat, selanjutnya semua tebok diperebutkan warga.
Kirab tebokan diikuti puluhan anak-anak, remaja, dan orang tua, yang membawa sesaji berupa makanan jenang, jajan pasar, dan hasil bumi yang diarak mengitari Desa Kaliputu.
Rute perjalanan dimulai dari Jalan Sosrokartono menuju pertigaan Desa Bacin, arah GOR Desa Kaliputu, melintasi Kantor Balai Desa Kaliputu hingga menuju panggung utama di kompleks Makam Keluarga Tjondronegaran yang berjarak 3 kilometer.
Sepanjang rute kirab, warga sudah memadati tepi jalan untuk menyaksikan kirab yang digelar setiap Tahun Baru Islam.
Menurut Penjabat Kepala Desa Kaliputu Paimin saat memberikan sambutan di Kudus, Rabu, kirab tebokan ini merupakan wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan warga Desa Kaliputu di bidang usaha jenang.
Selain itu, lanjut dia, kirab tersebut juga menjadi ajang promosi produk jenang sebagai makanan khas Kudus.
Desa Kaliputu, kata dia, merupakan sentranya produksi jenang khas Kudus tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Sunardi menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat desa setempat yang masih tetap menggelar kirab tebokan.
Hal itu, lanjut dia, menandakan masyarakatnya masih memiliki kekompakan dalam meningkatkan perekonomian masyarakatnya.
Kirab budaya tersebut sekaligus ajang promosi produk makanan jenang yang dihasilkan masyarakat desa setempat.
Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan bisa meningkatkan tingkat kunjungan wisata ke Desa Kaliputu.
Tebokan merupakan istilah dari bahasa Jawa yang berarti sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa digunakan untuk meletakkan makanan khas sejenis dodol, yakni jenang.
Setelah dikirab, jenang yang dibawa peserta kirab ketika sampai di panggung utama, dilakukan doa yang dipimpin oleh ulama setempat, selanjutnya semua tebok diperebutkan warga.
Pewarta: Akhmad NL
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: