Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan menganggap El Nino sebagai tantangan dalam pemadaman api akibat kebakaran lahan dan hutan di berbagai daerah di Indonesia.

"Jika dilihat perbandingan indeks El Nino pada 1997 dan 2015, memang El Nino pada tahun ini cukup parah," katanya dalam jumpa pers di Kantor Kemenkopolhukam di Jakarta, Senin.

Menurut Luhut, El Nino menyebabkan dampak kekeringan menjadi sangat besar di berbagai daerah sehingga mempersulit tim dalam memadamkannnya.

"Sebagai contoh, pemantauan kualitas udara seperti pada 11 Oktober dan pagi ini juga masih cukup parah. Jadi, tantangan kita saat ini juga akibat El Nino yang melebihi tahun 1997," kata Luhut.

Luhut menyebut Kabupaten Ogan Komering Ilir di Sumatera Selatan sebagai prioritas utama dalam operasi pemadaman api dan asap karena masih menjadi sumber asap terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia.

"Jarak pandang di OKI hanya berkisar 100 meter. Jadi memang masih parah dan ini berdasarkan data yang kami terima pagi ini," kata Luhut.

Ia menyatakan pemadaman dengan menggunakan "water bombing" urung dilakukan karena jarak pandang hanya 100 meter.

"Potensi untuk membuat hujan buatan di sana juga sangat sulit karena masih berkabut dan awannya masih sedikit sehingga kami juga belum menerima masuknya pesawat Hercules yang akan mendukung operasi hujan buatan tersebut," ujar Luhut.

Luhut menggarisbahawi semua operasi pemadaman yang dilakukan saat ini oleh pihak-pihak terkait sudah terkoordinasi dengan baik dan terukur dengan bagus.

Turut hadir pula dalam jumpa pers adalah Kapolri Badrodin Haiti, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, dan Wakil Kepala BNPB Tri Budiarto.