Batam (ANTARA News) - Universitas Batam tetap akan melakukan wisuda mahasiswanya dengan menggunakan peci pada pertengahan November meskipun sebagian menolak.

Melalui rilis, Senin, Rektor Uniba Prof Novirman Jamarun mengatakan bahwa tidak ada aturan mengenakan toga dalam kegiatan wisuda.

Dia menggatakan perguruan tinggi disilakan untuk berkreasi sendiri sesuai dengan budaya/adat/muatan lokal setempat.

Berdasarkan hal tersebut dalam wisuda kali ini tetap menggunakan toga dengan warna bukan hitam lagi namun berwarna dasar biru bengur dengan lis berwarna emas, diberi matros dan tali medalinya berwarna seperti 2014.

"Uniba berlokasi ditanah Melayu di Pulau Batam. Peci atau disebut juga kopiah adalah pakaian nasional orang Melayu yang bahkan dipakai di Malaysia dan Brunai Darusalam atau disebagian Tailand Selatan," kata dia.

Ia mengatakan Yayasan dan Rektorat sudah komitmen untuk melestarikan budaya bangsa sekaligus budaya melayu tanah tempat berdirinya Universitas Batam.

"Bagi mahasiswa yang tidak ingin untuk memakai peci silakan untuk tidak ikut wisuda, wisuda juga tidak wajib, merekapun juga sudah di Yudisium, sudah dinyatakan lulus dan ijazahnya pun sudah ada," kata dia.

Menurutnya topi segi empat atau segi lima yang selama ini digunakan saat wisuda adalah budaya Amerikat, bukan budaya dari Indonesia.

"Saat wisuda tetap ada toga, hanya topi wisuda yang diganti menjadi peci. Karena pada dasarnya tidak ada aturan, perguruan tinggi disilakan untuk berkreasi sendiri," kata profesor.

Ratusan mahasiswa Universitas Batam Senin pagi hingga siang kembali berunjukrasa menolak kebijakan tersebut. Aksi dilaksanakan di lingkungan kampus dengan pengawalan ketat pihak keamanan.

Aksi tersebut merupakan yang kedua setelah pada awal Oktober juga sudah melakukan aksi serupa. Mahasiswa juga sempat membakar ban bekas sebagai aksi penolakan.