Mekkah (ANTARA News) - Pemerintah kesulitan mengidentifikasi data secara lengkap tentang jamaah yang meninggal dalam peristiwa Mina, karena terkait kemampuan petugas di pemulasaran mayat, Al Muasim dalam menulis nama korban dari bahasa latin ke Arab.

"Kalau sekedar jumlah mungkin bisa dipercepat tapi dalam hal siapa, dari kloter mana, dan namanya siapa, ini memang ada proses," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Djamil, di Mekkah, Arab Saudi, Sabtu.

Ia mengatakan berbeda dengan negara lain, termasuk dengan Iran, Pemerintah Indonesia cq Kementerian Agama sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memilih tidak menyebutkan angka jumlah korban tanpa identitas yang jelas dan valid, seperti terkait nama korban, asal kloter, dan nomor passspor.

"Karena identifikasi yang datang dari polisi darurat al Muaisim, mereka sering kali menulis latin ke arab ada kendala, sering kali mereka juga kurang familiar dengan nama-nama Indonesia, khususnya yang bukan bukan nama arab sehingga kita perlu lakukan cross check dengan tiga hal," ujar Djamil.

Pemeriksaan pertama, dilakukan dengan melihat data yang berangkat haji tahun ini. Kedua, pihaknya memeriksa lewat kloter dan rombongan yang ada di maktab. Pemeriksaan ketiga, ketika sudah yakin baru diumumkan.

"Jangan sampai sudah diumumkan menjadi korban ternyata orangnya segar-bugar. Ini yang tidak boleh terjadi dan harus kita hindari," katanya.

Ia mengatakan dalam pertemuan dengan Dirjen Kementerian Luar negeri Wilayah Barat yang membawahi wilayah Makkah, Jeddah, dan Madinah, serta pertemuan dengan Deputi Kementerian Haji di Jeddah dua hari lalu, pihaknya mendapat komitmen otoritas Arab Saudi akan mempermudah proses identifikasi korban Mina khusunya dari Indonesia.

"Saya minta supaya kementerian haji ikut turut campur dalam memberikan kemudahan dan membantu proses (identifikasi) itu. Sehingga ketika dua hari yang lalu, kami sampaikan masih 25, sekarang tinggal lima jamaah yang harus kami diupayakan untuk mengetahui keberadaannya," ujar Djamil.

Pada peristiwa Mina 24 September 2015, sebanyak 123 jamaah Indonesia menjadi korban meninggal dengan rincian 118 korban merupakan jamaah yang datang dari Tanah Air, sedangkan lima jamaah berasal dari WNI yang telah bermukim di Arab Saudi. Hingga kini, Sabtu, lima jamaah Indonesia belum kembali ke pemondokan sejak peristiwa Mina.