Nobel Perdamaian untuk para pejuang demokrasi Tunisia
9 Oktober 2015 18:08 WIB
Alfred Nobel (1833-1896) lahir di Stockholm, Swedia. Dalam wasiat terakhirnya, penemu dan pebisnis Alfred Nobel menyatakan bahwa seluruh peninggalannya harus digunakan untuk memberikan penghargaan bagi mereka yang memberikan manfaat bagi kemanusiaan. (www.nobelprize.org)
Jakarta (ANTARA News) - Komite Nobel pada Jumat memutuskan untuk menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian 2015 kepada National Dialogue Quartet Tunisia atas peran dalam membangun demokrasi di Tunisia selama kebangkitan Revolusi Yasmin tahun 2011.
Seperti dilansir laman resmi Nobel, Quartet itu terbentuk pada musim panas 2013, ketika proses demokratisasi terancam runtuh akibat pembunuhan politik dan meluasnya kerusuhan sosial.
National Dialogue Quartet terdiri atas empat organisasi masyarakat sipil penting di Tunisia yakni Serikat Buruh Umum Tunisia (Union Générale Tunisienne du Travail/UGTT), Konfederasi Industri Tunisia, Serikat Perdagangan dan Perdagangan Kerajinan (Union Tunisienne de l’Industrie, du Commerce et de l’Artisanat/UTICA), Liga Hak Asasi Tunisia (La Ligue Tunisienne pour la Défense des Droits de l’Homme/LTDH), dan Orde Pengacara Tunisia (Ordre National des Avocats de Tunisie).
"(Quartet) ini membangun alternatif proses politik damai pada saat negara di ambang perang sipil," kata Kaci Kullman Five, Kepala Komite Nobel, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Instrumen itu lah yang memungkinkan Tunisia, dalam waktu beberapa tahun, membentuk sistem konstitusional pemerintahan yang menjamin hak-hak dasar bagi seluruh populasi, terlepas dari gender, keyakinan politik maupun kepercayaan agama.
Anggota Quartet mewakili berbagai sektor dan nilai dalam masyarakat Tunisia yaitu pekerjaan dan kesejahteraan, prinsip hukum dan hak asasi manusia.
Dengan dasar ini, Quartet menjalankan perannya sebagai mediator dan menggerakkan kekuatan untuk memajukan pembangunan demokrasi damai di Tunisia.
Komite memberikan Hadiah Nobel Perdamaian 2015 kepada Quartet dan bukan untuk individu organisasi yang ada di dalamnya. Hadiah sebesar delapan crown Swedia atau 972.000 dolar AS akan diserahkan kepada kelompok itu di Oslo tanggal 10 Desember.
"Lebih dari segalanya, hadiah ditujukan sebagai penyemangat rakyat Tunisia, yang meskipun menghadapi tantangan-tantangan besar telah meletakkan dasar bagi persaudaraan nasional yang diharapkan Komite bisa menjadi contoh yang diikuti oleh negara lain," kata Kepala Komite Nobel.
Kebangkitan Dunia Arab bermula di Tunisia tahun 2010-2011, tapi dengan cepat menyebar ke sejumlah negara di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Di banyak negara ini, perjuangan untuk membangun demokrasi dan hak-hak dasar muncul dan bergeming atau mengalami kemunduran.
Namun, Tunisia telah menyaksikan transisi demokrasi berdasarkan masyarakat madani untuk penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.
Faktor penting di puncak revolusi di Tunisia, saat pemilihan umum demokratis dan damai musim gugur lalu, adalah usaha yang dilakukan oleh Quartet untuk mendukung kerja majelis konstituante dan memastikan persetujuan terhadap proses konstitusional dalam populasi besar Tunisia.
Menurut Komite Nobel, Quartet itu telah menata jalan menuju dialog damai di antara warga, partai-partai politik dan otoritas dan membantu menemukan solusi berbasis konsensus untuk tantangan-tantangan dengan spektrum luas lintas politik dan agama.
Seperti dilansir laman resmi Nobel, Quartet itu terbentuk pada musim panas 2013, ketika proses demokratisasi terancam runtuh akibat pembunuhan politik dan meluasnya kerusuhan sosial.
National Dialogue Quartet terdiri atas empat organisasi masyarakat sipil penting di Tunisia yakni Serikat Buruh Umum Tunisia (Union Générale Tunisienne du Travail/UGTT), Konfederasi Industri Tunisia, Serikat Perdagangan dan Perdagangan Kerajinan (Union Tunisienne de l’Industrie, du Commerce et de l’Artisanat/UTICA), Liga Hak Asasi Tunisia (La Ligue Tunisienne pour la Défense des Droits de l’Homme/LTDH), dan Orde Pengacara Tunisia (Ordre National des Avocats de Tunisie).
"(Quartet) ini membangun alternatif proses politik damai pada saat negara di ambang perang sipil," kata Kaci Kullman Five, Kepala Komite Nobel, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Instrumen itu lah yang memungkinkan Tunisia, dalam waktu beberapa tahun, membentuk sistem konstitusional pemerintahan yang menjamin hak-hak dasar bagi seluruh populasi, terlepas dari gender, keyakinan politik maupun kepercayaan agama.
Anggota Quartet mewakili berbagai sektor dan nilai dalam masyarakat Tunisia yaitu pekerjaan dan kesejahteraan, prinsip hukum dan hak asasi manusia.
Dengan dasar ini, Quartet menjalankan perannya sebagai mediator dan menggerakkan kekuatan untuk memajukan pembangunan demokrasi damai di Tunisia.
Komite memberikan Hadiah Nobel Perdamaian 2015 kepada Quartet dan bukan untuk individu organisasi yang ada di dalamnya. Hadiah sebesar delapan crown Swedia atau 972.000 dolar AS akan diserahkan kepada kelompok itu di Oslo tanggal 10 Desember.
"Lebih dari segalanya, hadiah ditujukan sebagai penyemangat rakyat Tunisia, yang meskipun menghadapi tantangan-tantangan besar telah meletakkan dasar bagi persaudaraan nasional yang diharapkan Komite bisa menjadi contoh yang diikuti oleh negara lain," kata Kepala Komite Nobel.
Kebangkitan Dunia Arab bermula di Tunisia tahun 2010-2011, tapi dengan cepat menyebar ke sejumlah negara di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Di banyak negara ini, perjuangan untuk membangun demokrasi dan hak-hak dasar muncul dan bergeming atau mengalami kemunduran.
Namun, Tunisia telah menyaksikan transisi demokrasi berdasarkan masyarakat madani untuk penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.
Faktor penting di puncak revolusi di Tunisia, saat pemilihan umum demokratis dan damai musim gugur lalu, adalah usaha yang dilakukan oleh Quartet untuk mendukung kerja majelis konstituante dan memastikan persetujuan terhadap proses konstitusional dalam populasi besar Tunisia.
Menurut Komite Nobel, Quartet itu telah menata jalan menuju dialog damai di antara warga, partai-partai politik dan otoritas dan membantu menemukan solusi berbasis konsensus untuk tantangan-tantangan dengan spektrum luas lintas politik dan agama.
Penerjemah: Maryati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: