BMKG belum lihat dampak kebakaran hutan terhadap iklim Indonesia
9 Oktober 2015 15:36 WIB
Asap Pekanbaru Semakin Pekat Sejumlah pengendara melintas di jalan yang dipenenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Rabu (30/9). Pekatnya kabut asap yang kembali menyelimuti Kota Pekanbaru membuat pengendara terpaksa menyalakan lampu kendaraan karena terbatasnya jarak pandang yang hanya berkisar 100 hingga 200 meter. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman) ()
Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum melihat dampak kebakaran lahan gambut di beberapa daerah terhadap iklim dan cuaca di Indonesia.
"Kami belum melihat (dampaknya). Tetapi banyak sekali studi yang mengatakan kejadian ini akan mempengaruhi beberapa hal seperti proses pembentukan awan dan berdampak pada cuaca serta iklim," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya setelah melakukan penandatanganan MoU dengan LKBN ANTARA di Jakarta, Jumat.
Andi mengakui, peningkatan emisi akibat kebakaran hutan di lahan gambut akan meningkatkan konsentrasi karbon, yang berpengaruh pada pemanasan global akibat efek rumah kaca.
Oleh karena itu, perlu pemantauan (monitoring), pelaporan (reporting) dan pemeriksaan (verification) terhadap peningkatan emisi akibat asap kebakaran hutan.
Ia pun meyakini Indonesia akan mendapat bantuan terkait kabut asap dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Conference of Parties (COP)-21 Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), di Paris, Prancis, 30 November-11 Desember 2015.
Hal ini juga terkait dengan dokumen kontribusi nasional yang diniatkan atau Intended Nationally Determined Contributions (INDC) yang akan dibawa Indonesia dalam pertemuan internasional tersebut.
"Kami memberikan laporan setiap pukul 05.00 WIB dan 14.00 WIB. Saat ini kami menemukan konsentrasi titik api berada di Sumatera Selatan," kata Andi.
"Kami belum melihat (dampaknya). Tetapi banyak sekali studi yang mengatakan kejadian ini akan mempengaruhi beberapa hal seperti proses pembentukan awan dan berdampak pada cuaca serta iklim," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya setelah melakukan penandatanganan MoU dengan LKBN ANTARA di Jakarta, Jumat.
Andi mengakui, peningkatan emisi akibat kebakaran hutan di lahan gambut akan meningkatkan konsentrasi karbon, yang berpengaruh pada pemanasan global akibat efek rumah kaca.
Oleh karena itu, perlu pemantauan (monitoring), pelaporan (reporting) dan pemeriksaan (verification) terhadap peningkatan emisi akibat asap kebakaran hutan.
Ia pun meyakini Indonesia akan mendapat bantuan terkait kabut asap dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Conference of Parties (COP)-21 Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), di Paris, Prancis, 30 November-11 Desember 2015.
Hal ini juga terkait dengan dokumen kontribusi nasional yang diniatkan atau Intended Nationally Determined Contributions (INDC) yang akan dibawa Indonesia dalam pertemuan internasional tersebut.
"Kami memberikan laporan setiap pukul 05.00 WIB dan 14.00 WIB. Saat ini kami menemukan konsentrasi titik api berada di Sumatera Selatan," kata Andi.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: